Harga Komoditas Naik Pesat, Sewa Kontainer Global Semakin Mahal

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA – Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menargetkan perdagangan non minyak dan gas bumi (migas) Indonesia pada tahun ini akan meningkat di tengah tingginya kenaikan harga komoditas dan kontainer.

Harga Emas Hari Ini 23 November 2024: Produk Antam Kinclong di Akhir Pekan

Dia menargetkan, ekspor non migas Indonesia pada tahun ini akan tumbuh sebesar 6,3 persen dari tahun lalu US$155 miliar. Artinya Lutfi menargetkan ekspor nonmigas tahun ini bisa mencapai US$164,76 miliar.

"Saya yakin ini bukan sesuatu yang mustahil karena beberapa komoditas dasar," kata dia saat konferensi pers, Kamis, 4 Maret 2021.

IHSG Berakhir di Level 7.295, Sederet Saham Berhasil Kinclong hingga Cetak ARA

Lutfi menyatakan beberapa harga komoditas global yang mengalami kenaikan dan berpotensi mendorong ekspor Indonesia diantaranya batu bara yang sudah hampir menyentuh kisaran US$80 per ton.

Selain itu, harga tembaga saat ini dikatakannya juga sudah hampir menyentuh angka US$9.000 per metrik ton dari yang pada Maret 2020 atau awal merebaknya COVID-19 hanya US$4.000 per metrik ton.

Dampingi Prabowo Bertemu PM Trudeau, Menko Airlangga: Perjanjian ICA CEPA Tingkatkan Perdagangan dan Dorong Perekonomian

"Kelapa sawit harga paling tinggi di dunia hari ini kalau tidak salah US$1.061 per metrik ton. Jadi pertumbuhan itu kemungkinan bukan sesuatu yang mustahil," ucap dia.

Di tengah meroketnya harga-harga komoditas tersebut, Lutfi menekankan, harga logistik saat ini kurang baik. Ditunjukkan dari naik pesatnya harga sewa kontainer seperti di Amerika Serikat.

"Satu kontainer dari Indonesia ke AS US$2.700 dolar, hari ini mungkin harganya lebih dari US$6.000. Ini menyebabkan barang itu harganya kurang masuk akal," ucap dia.

Kondisi ini menurutnya tidak terlepas dari sedikit beroperasinya kapal-kapal kontainer di AS. Di Los Angeles saja, kata Lutfi, kapal kontainer yang biasanya beroperasi 200 menjadi hanya 4 kapal pada 2020.

Meski begitu, dia meyakini, pada pertengahan tahun ini penyebaran kapal-kapal kontainer akan mulai kembali pulih. Penyebabnya pemulihan aktivitas ekonomi dari dampak COVID-19 sudah mulai meningkat.

"Tapi hari ini seperti minum obat, kita harus minum obat tersebut dengan bayar lebih tinggi, tapi pun namanya ketika dibutuhkan barangnya ada juga," tuturnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya