Himbara Jawab Sindiran BI Soal Lambat Turunkan Suku Bunga Kredit

Direktur Utama Bank BRI Sunarso dalam Webinar Nasional “The Future of Digital Banking”, Kamis (23/07).
Sumber :

VIVA – Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Sunarso, yang juga Ketua Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) menanggapi sindiran Bank Indonesia terhadap perbankan yang dianggap lambat turunkan suku bunga kredit

Bank Indonesia pada bulan ini telah kembali menurunkan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi ke level terendahnya dalam sejarah, yakni pada level 3,5 persen. 

Menurut Sunarso, apa yang disampaikan oleh Bank Indonesia ini adalah bentuk upaya untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi lebih cepat lagi. Karena  suku bunga pinjaman telah diturunkan.

Baca juga: OJK Rilis Peta Jalan Perbankan Syariah 2020-2025, Ada 3 Pilar Utama

Akan tetapi, dia menekankan, penurunan suku bunga kredit tidak hanya didorong oleh kebijakan penurunan suku bunga acuan bank sentral semata. Banyak faktor lain yang memengaruhi.

"Untuk menumbuhkan kredit itu salah satunya memang dengan menurunkan suku bunga. Tapi masih ada salah dua salah tiga dan lain-lain yang perlu dioskrestasi," kata dia secara virtual, Kamis, 25 Februari 2021.

Karena itu, Sunarso menekankan pentingnya sinergi kebijakan untuk mendorong pertumbuhan kredit demi memacu ekonomi. Salah satunya adalah mendorong permintaan kredit.

Dia juga pernah mengatakan, salah satu fakor elastis yang memicu permintaan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Dua faktor ini harus distimulus oleh bauran kebijakan.

Gubernur BI Pede Ada Ruang Rupiah Stabil dan Menguat

"Jadi kata kuncinya adalah mengoskrestasi semua faktor, semua variabel yang bisa mendorong pertumbuhan kredit yang bisa mendorong pertumbuhan kredit," tegas dia.

Seperti diketahui, Bank Indonesia tercatat telah menurunkan suku bunga acuan 225 basis poin (bps). Sementara itu, suku bunga deposito bank turun 181 bps menjadi 4,27 persen, sedangkan suku bunga kredit turun 83 bps menjadi 9,7 persen.

Uang Beredar di Indonesia Tembus Rp 9.210,8 Triliun hingga Desember 2024

Atas dasar ini, Asisten Gubernur BI sekaligus Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI Juda Agung menduga, kondisi ini menandakan perbankan ingin mengambil keuntungan di tengah tren penurunan suku bunga acuan.

Sebab, selisih antara tingkat suku bunga acuan BI dengan tingkat suku bunga kredit ditegaskannya terlampau besar. Di samping, penurunan suku bunga deposito lebih cepat ketimbang suku bunga kredit.

Dukung Program MBG Prabowo, BI Siap Kerahkan 46 Kantor Perwakilan di Daerah

"Ini kelihatan spread-nya sangat meningkat, ini justru mengalami pelebaran artinya bank-bank coba mendapatkan keuntungan yang lebih di saat seperti ini," papar Juda, 22 Februari 2021.

Ilustrasi cadangan devisa, utang luar negeri, modal asing, dan devisa hasil ekspor.

Modal Asing Kabur dari RI Capai Rp 9,61 Triliun di Minggu Kedua Februari

Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, aliran modal keluar atau capital outflow dari dalam negeri mencapai Rp 9,61 triliun pada pekan kedua Februari 2025.

img_title
VIVA.co.id
14 Februari 2025