Rupiah Melemah Tertekan Lambatnya Penurunan Suku Bunga Kredit

Uang kertas rupiah dan dolar AS.
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat melemah pada perdagangan Kamis, 25 Februari 2021. rupiah masih bergerak di kisaran bawah level Rp14.100 per dolar AS. 

Sederet Insentif Pemerintah Ditegaskan Redam Dampak PPN Jadi 12 Persen pada 2025, Ini Penjelasannya

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mematok nilai tengah rupiah di level Rp14.104. Melemah dari level kemarin Rp14.089.

Sementara itu, di pasar spot hingga pukul 10.00 WIB, rupiah ditransaksikan si level Rp14.045 per dolar AS. Melemah dari pembukaan perdagangan Rp13.999.

Ekonom Sebut PPN 12 Persen Tidak Signifikan Berdampak ke Daya Beli Masyarakat, Ini Penjelasannya

Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan ini lebih dipicu sentimen terhadap suku bunga kredit perbankan yang lambat turun.

"Apabila perbankan tidak menurunkan suku bunga kredit maka masyarakat atau pengusaha akan terbebani dengan bunga yang tinggi. Sehingga masyarakat dan pengusaha enggan untuk meminjam dana di perbankan," tutur dia.

PPN Jadi 12 Persen Ditegaskan Tak Bikin Daya Beli Loyo, Ekonom Ungkap Perhitungannya

Baca juga: Jokowi Pantau Vaksinasi Massal untuk Wartawan di Senayan

Ibrahim melanjutkan, konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat akan berjalan apabila perbankan menurunkan suku bunga kredit. Karena, lanjut dia, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.

"Oleh karena itu, perbankan harus berkomitmen untuk terus menjadi mitra bisnis strategis pemerintah dalam kaitannya dalam penyaluran berbagai stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan tujuan meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat," ucapnya.

Dari eksternal, Ibrahim mengatakan, sentimen positif dipicu oleh pernyataan Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell yang menegaskan kembali komitmen bank sentral untuk suku bunga rendah dan pembelian obligasi untuk mendukung pemulihan ekonomi AS.

"Powell juga menepis kekhawatiran bahwa kebijakan moneter yang longgar dapat menyebabkan inflasi dan gelembung keuangan yang telah mendominasi 2021 sejauh skeptisisme tumbuh atas reli saham global," tegas dia.

Baca juga: Ciri-ciri Mayat Perempuan Bercelana Doraemon yang Gegerkan Warga Bogor

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya