Bank Indonesia Proyeksi Ekonomi Global 2021 Tumbuh 5,1 Persen

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, memperkirakan bahwa pemulihan perekonomian global akan semakin membaik pada tahun ini. Sehingga, pertumbuhan ekonomi global pada 2021 diperkirakan dapat mencapai 5,1 persen.

Pertumbuhan Ekonomi Sumut 5,2 Persen Lebih Tinggi dari Nasional, PON XXI Jadi Pendorong

Hal itu sejalan dengan implementasi vaksinasi COVID-19 oleh banyak negara, guna membangun 'herd immunity', mendorong mobilitas masyarakat, serta berlanjutnya stimulus kebijakan fiskal dan moneter.

Dia menambahkan, pemulihan ekonomi global yang lebih tinggi di negara maju ditopang terutama oleh Amerika Serikat (AS). Sedangkan, pemulihan ekonomi di negara-negara berkembang didorong oleh perbaikan ekonomi China dan India.

BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi 2024 di Kisaran 4,7-5,5 Persen

"Kinerja positif sejumlah indikator pada Januari 2021 mengonfirmasi berlanjutnya pemulihan ekonomi global tersebut," kata Perry dalam telekonferensi, Kamis 18 Februari 2021.

Dia menjelaskan, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur dan jasa di AS, China, dan India, saat ini sudah melanjutkan fase ekspansi. Selain itu, penjualan ritel di China dan keyakinan konsumen di India juga terus meningkat.

Ekonomi Kuartal III Tumbuh 4,95 Persen, Begini Jurus Pemerintah Kejar Target 8 Persen

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi global pada 2021 diperkirakan mencapai 5,1 persen, lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya yakni sebesar 5,0 persen," ujar Perry.

Sejalan dengan perbaikan ekonomi global tersebut, volume perdagangan dan harga komoditas dunia juga terus meningkat, sehingga mendukung perbaikan kinerja ekspor negara emerging termasuk Indonesia.

Sementara itu, ketidakpastian di pasar keuangan global diperkirakan juga akan semakin menurun. Hal itu menurutnya seiring dengan ekspektasi perbaikan perekonomian dunia, melalui sejumlah upaya yang tengah dilakukan berbagai negara guna mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19.

Kondisi likuiditas global juga tetap besar dan suku bunga tetap rendah, di mana hal itu pun sejalan dengan stimulus kebijakan moneter yang masih berlanjut.

"Perkembangan tersebut mendorong berlanjutnya aliran modal ke negara berkembang, dan menopang penguatan mata uang berbagai negara, termasuk Indonesia," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya