BPS: Januari 2021, Ekspor Pertambangan RI Tumbuh Paling Tinggi
- vivanews/Andry Daud
VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya pertumbuhan ekspor yang cukup signifikan pada Januari 2021 dibandingkan dengan Januari 2020. Pada bulan itu, total nilai ekspor tercatat sebesar US$15,30 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, nilai ekspor tersebut tumbuh 12,24 persen dibandingkan Januari 2020 yang senilai US$13,63 miliar. Sedangkan dibanding Desember 2020 yang sebesar US$16,54 miliar ekspor turun 7,48 persen.
"Kalau dilihat trennya, selalu terjadi penurunan dari Januari ke Desember karena di Desember banyak kegiatan sedangkan di Januari tahun baru dan baru mulai bergeliat," tutur dia saat konferensi pers, Senin, 15 Januari 2021.
Suhariyanto menyatakan, naiknya ekspor secara tahunan itu disebabkan ekspor minyak dan gas bumi atau migas yang naik 8,3 persen menjadi US$880 juta dan barang non-migas naik 12,49 persen menjadi US$14,42 miliar.
Sementara itu, berdasarkan sektornya, ekspor yang tumbuh besar pada Januari 2021 dibanding Januari 2020 dikatakannya berasal dari pertambangan dan lainnya, yakin mencapai 12,24 persen menjadi US$2,09 miliar.
"Sektor pertambangan month to month nya kontraksi 3,81 persen tapi year on year naik paling tinggi dibanding sektor lain yakni 16,92 persen. Ekspor hasil pertambangan yang naik besar adalah biji tembaga, lignit dan batu kerikil," tegas dia.
Urutan kedua adalah ekspor sektor pertanian yang secara tahunan tumbuh 13,91 persen menjadi US$340 juta. Meskipun dibanding posisi Desember 2020 angkanya turun sebesar 22,19 persen.
"Yang turun cukup besar adalah kopi, tanaman obat aromatik dan rempah, cengkeh dan buah-buahan tahunan tapi year on year naik cukup besar dan di sana yang naik diantaranya sarang barung, tanaman obat aromatik dan rempah, hasil hutan bukan kayu lainnya dan satu lagi mutiara hasil budidaya," ungkap dia.
Adapun sektor terakhir berasal dari industri pengolahan yang ekspornya tumbuh 11,72 persen dibanding Januari 2020 dengan nilai mencapai US$11,99 persen. Namun dibanding Desember 2020 turun 7,15 persen.
"Year on year ekspor dari industri pengolahan tumbuh menggembirakan 11,72 persen karena didorong naiknya ekspor minyak kelapa sawit, besi baja, kimia dasar organik, televisi dan perlengkapan televisi," ungkap Suhariyanto.