Australia Batasi Ekspor Sapi, Kemendag Lirik India dan Brasil

Lapak pedagang daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, kosong.
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Willibrodus.

VIVA – Kementerian Perdagangan menyatakan, mahalnya harga daging saat ini disebabkan kebijakan pembatasan ekspor sapi bakalan yang dilakukan Australia. Oleh sebab itu, mereka menyatakan akan mencari sumber impor daging sapi baru.

Pelepasan Ekspor Berkelanjutan Produk Kerajinan Kerang Asal Magelang

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag, Didi Sumedi mengatakan, terdapat sejumlah opsi negara yang bisa ekspor daging ke Indonesia, di antaranya Brasil dan India, termasuk daging kerbau. Sementara itu, sapi hidup bisa impor dari Meksiko.

"Tentu kami tidak tinggal diam, kami coba sumber lain. Ini banyak, bisa dari India, Brasil dan bahkan sapinya sendiri bisa dari Meksiko," kata Didi di Bekasi, dikutip Jumat, 22 Januari 2021.

Hilirisasi Dorong Peningkatan Investasi dan Perluasan Lapangan Kerja

Didi memastikan segera menjajaki impor dari negara-negara tersebut dalam waktu dekat. Hal itu juga diupayakan supaya pada saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha tidak terjadi lagi lonjakan daging yang signifikan di Indonesia.

"Kita ajak kerja sama dengan seluruh pihak, dari penyedia daging beku dan beberapa importir sapi bakalan. Mereka komit untuk tetap bisa pasok daging segar," ucapnya.

RI Hentikan Impor Garam Tahun Depan, Menko Zulhas: Harus Swasembada

Baca juga: Pesaing Blak-blakan soal Rencana 'Pernikahan' Gojek dan Tokopedia 

Impor itu, ditegaskannya bukan karena langkanya sapi maupun kerbau di Indonesia. Namun, lebih disebabkan karena adanya masa potong daging, sehingga para peternak di Indonesia harus terlebih dahulu melakukan pembesaran yang sesuai masa potong.

"Ada masih sapi potong baik dalam dan eks impor masih ada, cukup, bukan hilang, tapi mereka ada masa potongnya, mereka melakukan pembesaran saat ini," tegas Didi.

Khusus untuk daging impor Australia, dijelaskannya naik harga karena adanya upaya negara tersebut untuk menjalankan program regenerasi populasi sapi. Oleh sebab itu, Australia beberapa bulan ke belakang melakukan pembatasan ekspor, termasuk ke Indonesia.

"Repopulasi, jadi mereka regenerasi populasi sapi, sehingga mereka agak sedikit menahan penjualan ekspor jadi memang ada kenaikan harga," tutur dia.

Sebelumnya diberitakan, sebagian pedagang daging sapi di Pasar Koja Baru, Jakarta Utara memilih pulang ke kampung halamannya. Mereka mudik tak berjualan sebagai bentuk aksi mogok berjualan daging. 

Pantauan VIVA di Pasar Koja Baru, lapak penjual daging memang tidak beroperasi sama sekali. Meja yang biasanya digunakan untuk memajang daging jadi tempat tidur dadakan para pedagang pasar. 

Jamal, salah seorang pedagang daging, mengatakan di lokasi ini ada 12 rekannya. Kata dia, delapan di antaranya memilih pulang kampung ke Cirebon, Tegal hingga Pekalongan. Sebab, untuk untuk dapat daging di Rumah Potong Hewan (RPH) harganya sudah tinggi.

"Kami yang ada di pasar ini merupakan penjual daging tangan ketiga, sehingga jika RPH menaikkan harga daging, tentu penjual tangan ketiga yang tidak bisa mendapatkan keuntungan," tutur Jamal ditemui VIVA di Pasar Koja Baru, Kamis, 21 Januari 2021.

Kanwil Bea Cukai Jakarta berikan kemudahan kepabeanan

Kanwil Bea Cukai Jakarta Gelontorkan Fasilitas Kawasan Berikat untuk Dua Perusahaan Ini

Kanwil Bea Cukai Jakarta berikan kemudahan kepabeanan berupa fasilitas kawasan berikat kepada dua perusahaan.

img_title
VIVA.co.id
29 November 2024