Sepanjang 2020, Inflasi di Indonesia Hanya 1,68 Persen
- ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Desember 2020 sebesar 0,45 persen. Sementara itu, inflasi tahun kalender dari Januari hingga Desember 2020 sebesar 1,68 persen sehingga secara tahunan 1,68 persen.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, mengatakan, angka inflasi itu diperoleh berdasarkan pemantauan Indeks Harga Konsumen atau IHK di 90 kota yang menunjukkan inflasi di 87 kota, sedangkan 3 kota deflasi.
"Sebesar 1,68 persen inflasi hingga Desember 2020. Banyak dipengaruhi oleh naiknya harga komoditas antara lain cabai merah, telur ayam ras, cabai rawit dan tarif angkutan udara," kata Setianto saat telekonferensi, Senin, 4 Januari 2021.
Inflasi tertinggi, kata dia, terjadi di Gunungsitoli sebesar 1,87 persen dan terendah di Tanjung Selor 0,05 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Luwuk sebesar 0,26 persen dan yang terendah di Ambon sebesar 0,07 persen.
Setianto mengungkapkan, inflasi tertinggi di Gunungsitoli karena harga cabai merah dengan andilnya 0,64 persen dan cabai rawit 0,38 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi di Luwuk karena penurunan harga cabai merah dengan andil 0,09 persen dan tarif angkutan udara 0,09 persen.
Berdasarkan komponennya, inflasi inti pada bulan itu sebesar 0,05 persen, dengan andil 0,03 persen. Selanjutnya, untuk harga-harga bergejolak atau volatile food mengalami inflasi 2,17 persen, dengan andil 0,36 persen.
Adapun harga yang diatur oleh pemerintah atau administered price mengalami inflasi sebesar 0,35 persen dengan andilnya 0,06 persen. Ini lebih disebabkan adanya kenaikan harga tarif angkutan udara dan rokok kretek filter.
"Tingkat inflasi inti secara year on year menunjukkan terjadi penurunan sejak Agustus, bahkan Juli sebesar 2,07 persen kemudian di Desember 1,60 persen. Inflasi year on year 2020 1,68 persen ini kalau kita bandingkan sampai 2014 ini menunjukkan inflasi yang rendah," tutur dia. (art)