Kesepakatan Dagang Usai Brexit Bikin Rupiah Menguat

Uang kertas Rupiah dan Dollar AS
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan awal pekan ini, Senin, 28 Desember 2020 menguat. Rupiah mampu bergerak di kisaran Rp14.160 per dolar AS.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Di pasar spot, hingga pukul 10.00 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp14.165 per dolar AS. Menguat 0,25 persen dari level penutupan perdagangan pekan lalu Rp14.200.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menetapkan nilai tengah rupiah hari ini di level Rp14.184. Menguat dari level 23 Desember 2020 di posisi Rp14.282.

Rupiah Loyo ke Level Rp 15.777 per Dolar AS, Ini Pemicunya

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, penguatan kali ini lebih dipengaruhi oleh kesepakatan perdagangan antara Inggris dan Uni Eropa usai Brexit.

Baca juga: Kedubes Malaysia Kecam Video Parodi Penghinaan Lagu Indonesia Raya

Donald Trump Menang Pilpres AS, Gubernur BI Antisipasi Tekanan pada Rupiah

Dengan terobosan tersebut, maka skenario tanpa kesepakatan, yang sebelumnya dikhawatirkan akan memicu terganggunya aktivitas ekonomi dan arus barang, bisa terhindarkan.

"Tercapainya kesepakatan Brexit mendorong penguatan harga. Hari ini rupiah mungkin bisa menguat dengan sentimen ini dengan potensi kisaran Rp14.100-14.250," kata dia kepada VIVA hari ini.

Meski demikian, Ariston menilai, masih ada faktor lainnya yang akan menekan sentimen pelaku pasar keuangan tersebut terhadap rupiah. Salah satunya adalah kesepakatan stimulus ekonomi AS.

Presiden AS, Donald Trump, masih belum mau menandatangani paket stimulus COVID-19 senilai US$892 miliar. Juga paket pendanaan tahunan pemerintah senilai US$1,4 triliun.

Sementara itu, dari dalam negeri, sentimen negatif pelaku pasar keuangan dikatakannya masih terfokus pada lonjakan kasus positif dari penyebaran wabah COVID-19 yang terus terjadi.

"Berita soal meningginya kasus COVID yang bisa memicu pengetatan aktivitas. Hal ini bisa menahan penguatan rupiah," tutur dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya