Utang Luar Negeri Indonesia Naik Lagi, Capai Rp5.828,9 Triliun

Petugas membawa tumpukan uang kertas rupiah
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

VIVA – Bank Indonesia mengumumkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia kembali naik pada Oktober 2020. Namun, tingkat kenaikannya disebut lebih rendah dari kenaikan utang pada akhir September 2020.

Dukung Ketahanan Pangan, PT Berdikari Jamin Stabilitas Harga dan Stok Pangan Ternak Bagi Masyarakat

Pada akhir Oktober 2020, BI mencatat posisi ULN Indonesia sebesar US$413,4 miliar atau sekitar Rp5.828,94 triliun kurs Rp14.100 per dolar AS. Lebih tinggi dari posisi akhir September 2020 sebesar US$408,5 miliar.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, mengatakan besaran ULN pada akhir Oktober 2020 itu terdiri dari ULN sektor publik, pemerintah dan bank Sentral US$202,6 miliar dan ULN sektor swasta termasuk BUMN US$210,8 miliar.

Cara BKI Bangun Kesinambungan Bisnis dengan Mitra Kerja hingga Pelanggan

"Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ULN Indonesia pada akhir Oktober 2020 tercatat sebesar 3,3 persen yoy (year on year), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 3,8 persen yoy," katanya dikutip dari keterangan tertulis, Selasa 15 Desember 2020.

Baca juga: Pemerintah Larang Perayaan Malam Tahun Baru

Setoran Dividen BUMN Sudah Capai Target 100 Persen, Ini 10 Perusahaan Penyumbang Terbesar

Melambatnya tingkat pertumbuhan ULN itu, kata Erwin, terutama dipengaruhi oleh perlambatan ULN Pemerintah. ULN Pemerintah bulan itu US$199,8 miliar atau tumbuh 0,3 persen yoy, menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada September 2020 sebesar 1,6 persen yoy.

Perlambatan pertumbuhan ini katanya dipengaruhi oleh pembayaran pinjaman luar negeri Pemerintah di tengah kembalinya aliran masuk modal asing di pasar Surat Berharga Negara (SBN).

"Seiring dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang menurun dan persepsi positif investor yang tetap terjaga terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik," tuturnya.

ULN Pemerintah, ditegaskannya untuk mendukung belanja prioritas termasuk untuk menangani pandemi COVID-19 dan pelaksanaan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Diantaranya mencakup sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial 23,8 persen dari total ULN Pemerintah, sektor konstruksi 16,6 persen, sektor jasa pendidikan 16,5 persen, sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib 11,8 persen, serta sektor jasa keuangan dan asuransi 11,4 persen.

Sementara itu, Pertumbuhan ULN swasta pada akhir Oktober 2020 tercatat 6,4 persen yoy, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 6,1 persen yoy.

Perkembangan ini menurut dia didorong oleh meningkatnya pertumbuhan ULN lembaga keuangan 0,1 persen yoy, setelah mencatat kontraksi 0,9 persen yoy pada bulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan stabil sebesar 8,3 persen.

Berdasarkan sektornya, ULN terbesar dengan pangsa mencapai 77,4 persen dari total ULN swasta bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin (LGA), sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan.

"Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Oktober 2020 sebesar 38,8 persen, meningkat dibandingkan dengan rasio pada bulan sebelumnya sebesar 38,1 persen," tegasnya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya