Diandalkan Genjot Ekonomi 2021, Stimulus Sektor Perumahan Ditambah

Ilustrasi perumahan.
Sumber :
  • PUPR

VIVA – Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) memasuki babak baru tahun depan dengan penuh optimisme. Semua sektor, termasuk properti, diharapkan dapat pulih dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah pandemi COVID-19.

Indeks Harga Properti Komersial di Bali Meningkat hingga 9,86 Persen

Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan RI Andin Hadiyanto menyampaikan dalam paparannya pada saat HUT KPR-BTN ke-44 di Jakarta, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2021 diproyeksikan dapat mencapai 5 persen.

Baca juga: Restrukturisasi Dimulai, Pemegang Polis Jiwasraya Harus Tahu Hal Ini

Dorong Inovasi Bisnis Perumahan, BTN Gelar Kompetisi Housingpreneur

Angka itu jauh membaik dibandingkan tahun 2020 yang diperkirakan mengalami kontraksi sebesar minus 1,7 persen hingga  minus 0,6 persen. 

Andin menilai sektor properti atau perumahan sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi ke depannya. Karena itu tahun depan sektor ini salah satu yang menjadi perhatian khusus dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), 

Penjualan Properti Merosot, 4 Faktor Ini Jadi Biang Keroknya

“Karena sektor properti sangat strategis, melekat di berbagai dimensi, tidak hanya dimensi ekonomi, tapi juga dimensi sosial, keuangan dan juga fiskal. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi backlog perumahan nasional, jadi akan banyak tambahan rumah yang bisa diakses masyarakat, khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).” kata Andin dikutip dari keterangannya, Senin, 14 Desember 2020.

Untuk mendorong tujuan itu, Andin mengatakan, dibutuhkan intervensi langsung dari Pemerintah untuk MBR. Sebab, angka backlog kepemilikan rumah sebesar 11,4 juta orang, sementara backlog keterhuniaan adalah sebesar 7,6 juta orang. 

Intervensi yang dilakukan Pemerintah, menurut Andin, mencakup sejumlah aspek. di antaranya mendorong sisi suplai dengan mengusahakan ketersediaan rumah, meningkatkan akses pembiayaan, harga rumah yang terjangkau dan program berkelanjutan.

Kementerian Keuangan diketahui memberikan sejumlah insentif fiskal dan alokasi anggaran belanja untuk mendongkrak sektor properti. Seperti Subsidi Selisih Bunga (SSB),  Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM), Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS), Dana Alokasi Khusus Fisik (DAKF) serta dana bergulir Fasilitas Pembiayaan.

Andin mengungkapkan, dukungan pemerintah dari tahun ke tahun terus meningkat nilainya. Pada tahun 2020, dana bergulir FLPP Rp9 triliun,  SBUM Rp600 miliar dan  SSB Rp3,87 triliun. Sedangkan, PMN untuk SMF Rp1,75 triliun, PEN Perumahan Rp1,3 triliun dan DAKF Rp1,42 triliun. Nilai itu ditegaskan akan dinaikkan tahun depan.

"Pada 2021, alokasi tersebut bertambah, yakni dana bergulir FLPP menjadi Rp16,62 triliun, SBUM menjadi Rp630 miliar dan SSB menjadi Rp5,97 triliun. Sedangkan PMN untuk SMF menjadi Rp2,25 triliun dan DAKF menjadi Rp1 triliun,” kata Andin.

Dengan dukungan pemerintah tersebut, Andin optimistis para pelaku sektor properti dapat diakselerasi dengan baik.  Perbankan khususnya dapat memaksimalkan perannya menjadi penyalur dana pemerintah baik  anggaran subsidi maupun Dana PEN yang sudah dialirkan sejak Juni lalu.

Merespons hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk Pahala Nugraha Mansury menyambut baik dukungan pemerintah dalam mendorong sektor properti atau perumahan tersebut. Sektor ini terbukti dapat tumbuh positif meski pandemi melanda

“Tidak semua sektor terpengaruh pandemi, salah satu sektor yang memiliki kinerja yang cukup baik adalah sektor real estate, di triwulan III pertumbuhannya mencapai 2 persen,” ujar Pahala. 

Di tengah pandemi, dukungan pemerintah pasti akan dioptimalkan dengan baik oleh BTN. Misalnya penyaluran Dana PEN, dan dana subsidi perumahan. 

“Pemerintah menempatkan dana di Bank BTN sebesar Rp 10 triliun. Hal itu guna mendorong sektor perbankan khususnya sektor perumahan. Hingga November 2020, Bank BTN telah berhasil merealisasikan Rp25,6 triliun, hampir mencapai target yang sebesar Rp30 triliun yang sebagian besar mengalir ke KPR,” kata Pahala. 

Ke depannya, Pahala menegaskan tetap dibutuhkan dukungan di sektor perumahan. Tidak hanya di sisi demand, tapi juga sisi supply.    

“Sektor supply pun tetap butuh bantuan, misalnya kredit subsidi untuk kredit konstruksi, kalau selama ini  subsidi diberikan untuk demand atau konsumen saja, mungkin dapat dipertimbangkan untuk pengembang  untuk diberikan susbidi,” kata Pahala.

Sementara itu, BTN ke depan juga terus berkomitmen meningkatkan kinerjanya, melakukan inovasi produk KPR dan terus mengembangkan digitalisasi untuk meningkatkan akses sektor perumahan melalui  portal www.btnproperti.co.id.  

“Dengan pengembangan dan perbaikan portal tersebut, kami harapkan aksesibilitas terhadap perumahan dapat lebih baik,” kata Pahala.

Pahala sangat optimis stimulus yang diberikan pemerintah untuk tahun 2021 bakal dapat mengakselerasi sektor properti lebih cepat lagi karena perekonomian diprediksi membaik.  Seperti diketahui, sektor perumahan memiliki multiplier effect yang tinggi, berpengaruh terhadap 174 sektor domestic, padat karya, padat modal dan dapat membuka lapangan pekerjaan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya