5 Alasan Generasi Muda Penting Dibekali Literasi Keuangan

Ilustrasi keuangan.
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Literasi keuangan dipercaya memainkan peran strategis dalam pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19 saat ini. Karena itu, edukasi dan pemberdayaan generasi muda akan pengelolaan keuangan harus ditingkatkan semua pihak.

BCA Syariah Gelar Workshop, Dorong Kecakapan Literasi Keuangan Syariah

Berdasarkan hal tersebut, Citibank N.A. Indonesia atau Citi Indonesia, melalui Citi Peka, hari ini mengumumkan penyerahan dana hibah senilai Rp9 miliar kepada tiga mitra terpilih yaitu, UNESCO, Prestasi Junior Indonesia (PJI), dan Indonesia Business Links (IBL).

Baca jugaRokok Makin Mahal 2021, Ini Daftar Kenaikan Harga Ecerannya

BNI Adakan Program Edukasi Keuangan Diikuti Ribuan Guru dan Pelajar, Antisipasi Terjerat Pinjol dan Judol

Dana tersebut diberikan oleh Chief Executive Officer Citi Indonesia Batara Sianturi kepada perwakilan mitra hari ini secara virtual. Penyerahan itu disaksikan oleh anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keungan (OJK) di bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara.

"Dana tersebut akan dialokasikan untuk sejumlah program yang berfokus pada edukasi dan literasi keuangan serta pengembangan kewirausahaan bagi generasi muda," ujar dia, Rabu 10 Desember 2020.

Simak Kesepakatan Kolaborasi OJK dan OECD untuk Edukasi Keuangan Global

Dalam kesempatan tersebut, Tirta menyambut baik program edukasi program edukasi dan pengembangan kapasitas oleh Citi Indonesia. Dia berharap upaya ini bisa mendorong pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi COVID-19 saat ini.

Dia menjabarkan, sedikitnya ada lima hal mengapa program edukasi keuangan den pemberdayaan generasi muda jadi krusial dilakukan semua pihak termasuk sektor swasta. Berikut ini daftarnya.

1. Generasi muda tulang punggung bangsa

Keberadaannya yang 30 persen dari jumlah penduduk jadi bonus demografi Indonesia. Namun, bonus itu hanya akan jadi keuntungan apabila ditopang dengan kualitas SDM yang memadai. 

"Karena itu, generasi muda harus dipersiapkan untuk bangun Indonesia. Tidak hanya yang kreatif, rajin dan disiplin, tapi juga memiliki budaya hemat dan cermat dalam pengelolaan keuangan," ungkapnya.

2. Literasi keuangan generasi muda masih rendah

Survei OJK membuktikan, meskipun usia kerja angkanya jauh lebih tinggi tingkat literasi penduduk 15-17 tahun hanya 16 persen. Jauh di bawah tingkat literasi keuangan rata-rata secara nasional sebesar 38 persen.

3. Generasi muda rentan secara keuangan

Mereka umumnya banyak menghabiskan uang untuk kesenangan dibandingkan menabung atau investasi. Penelitian Indonesia Millenials Report 2019 menunjukkan, kelompok milenial hanya menabung 10,7 persen dari pendapatannya.

"Maka banyak dari mereka yang masih belum mencoba memiliki rumah dan kendaraan sendiri," tambahnya.

4. Generasi muda kebanyakan tidak persiapkan dana darurat

Padahal COVID-19 menyadarkan kita akan pentingnya menyiapkan pertahanan keuangan. Survei OECD menyebutkan bahwa terdapat 28 persen keluarga generasi muda yang hanya sanggup bertahan seminggu jika kehilangan pendapatan utama mereka.

5. Generasi muda umumnya suka mengikuti tren

Mereka sering kali meniru apa yang dilakukan tokoh idola atau influencer di media sosial. Hal tersebut menambah kerentanan generasi muda dalam mengelola keuangan.

"Karena itu pemahaman keuangan penting, sehingga mereka tidak mudah diperdaya," tuturnya.

Batara mengungkapkan, program ini merupakan salah satu pilar utama yang dipegang oleh pihaknya yaitu 'Pathways to Progress’, atau membangun jalan menuju kemajuan. Sejumlah inisiatif pun terus dilakukan untuk menanggapi pengangguran khususnya generasi muda. 

"Kami berharap bahwa penyaluran dana hibah ini kepada para mitra terpercaya akan turut membantu mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi di Tanah Air, khususnya bagi para generasi muda,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya