Berkinerja Baik di Tengah Pandemi, Bank Ini Merasa Beruntung
- PUPR
VIVA – Industri perbankan mendapatkan tantangan besar di tengah pandemi COVID-19 saat ini. Para bankir harus memutar otak dan mengatur strategi melaju di tengah krisis. Namun, di sisi lain tetap mempertahankan kualitas asetnya untuk tetap baik.
Merespons hal tersebut, Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk, Pahala Nugraha Mansury mengungkapkan, BTN berbeda dengan bank lain. Ada sejumlah faktor yang membuat kinerja bank yang dipimpinnya pada kuartal III-2020 dapat membukukan pertumbuhan laba sebesar 39,72 persen, dibandingkan periode yang sama 2019, di tengah tantangan pandemi COVID-19 saat ini.
Baca juga: Sinovac Disuntik Rp7 Triliun Usai Kirim Vaksin COVID-19 ke Indonesia
Dia menjelaskan, salah satu faktor yang membuat pertumbuhan bisnis BTN tetap baik adalah karena sektor perumahan yang menjadi core business BTN, merupakan sektor yang bangkitnya cukup baik. Terutama karena perumahan merupakan kebutuhan dasar di Indonesia.
"Rasio sektor perumahan dari PDB nasional hanya sebesar 3 persen, sehingga masih menjadi kebutuhan dasar masyarakat,” kata Pahala dalam acara webinar bertajuk ‘How Banking Leaders Manage Strategy to Rebound From Crisis’ dikutip dari keterangannya, Senin 7 Desember 2020.
Badan Pusat Statistik mencatat, di tengah pertumbuhan ekonomi nasional yang terkontraksi di kuartal III-2020, sektor real estate masih dapat tumbuh lebih dari 2,3 persen yoy. Artinya, sektor perumahan masih mampu menjadi penggerak perekonomian nasional di tengah efek pandemi COVID-19.
Di samping itu, kata Pahala, BTN sebagai penyedia jasa keuangan merupakan sektor yang tergolong moderat kemungkinan pemulihannya, sehingga memerlukan waktu antara 1 hingga 2 tahun.
“Bank BTN cukup beruntung, karena kita fokus pada perumahan. Memang ada fase di mana terjadi penurunan penyaluran kredit pada bulan April, namun sudah mengalami recovery signifikan pada beberapa bulan terakhir,” ungkapnya.
Meski demikian, Pahala tidak membantah bahwa pada masa pandemi COVID-19, perbankan dihadapkan sejumlah risiko yang disebabkan penurunan pendapatan masyarakat (debitur) di antaranya risiko kredit, risiko pasar, dan risiko likuiditas.
Risiko kredit menjadi yang pertama, karena sektor riil dan sektor UMKM mengalami penurunan, sehingga berdampak pada kemampuan bayar debitur terhadap perbankan. Risiko lainnya adalah sektor pasar dan risiko likuiditas, ternyata menurut Pahala, tidak terlalu signifikan.
Dalam mengatasi risiko tersebut, BTN melakukan beragam pembenahan dan perbaikan dalam beberapa hal untuk memperkuat bisnisnya. Sebagai sektor yang tidak terlalu terkena dampak pandemi, Pahala menilai menjadi momentum yang tepat untuk melakukan perbaikan mulai dari kebijakan, business process, dan layanan kepada nasabah.
“Bank BTN beruntung karena 75 persen bisnisnya di segmen KPR, sekarang tinggal bagaimana kita memperbaiki business process, krisis ini menjadi momentum yang tepat untuk kita memperbaiki policy, termasuk policy risk, dan kepuasan nasabah kita tingkatkan," tuturnya.
"Sambil upgrading infrastruktur digitalisasi yang kita tawarkan, tidak hanya produk DPK tapi juga KPR,” ujarnya. (art)