Terkuak, Monopoli Ekspor Benih Lobster juga Terjadi di Bandara
- ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
VIVA – Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menegaskan, masalah yang berkelit-kelit dalam urusan ekspor benih lobster atau benur sebenarnya sudah terjadi sejak di tataran hulu hingga ke hilir.
Sekretaris Jenderal Kiara, Susan Herawati, menjelaskan salah satu bentuk monopoli selain dalam hal jasa kargo ekspor benur yang dikuasai oleh satu perusahaan, juga terjadi dalam hal perizinan ekspor hanya di satu bandara saja.
"Itulah makanya dari awal kita sampaikan bahwa (soal ekspor) lobster ini bermasalah dari hulu sampai hilir," kata Susan saat dihubungi VIVA, Kamis, 26 November 2020.
Susan menjelaskan, monopoli ekspor benih lobster selama ini cuma bisa melalui Bandara Soekarno-Hatta. Padahal, terdapat enam bandara yang direkomendasikan untuk pengiriman benih lobster ke luar negeri.
Hal itu berdasarkan Keputusan Kepala BKIPM Nomor 37 Tahun 2020 tentang Tempat Pengeluaran Khusus Benih Bening Lobster dari Wilayah Negara RI, yang telah merekomendasikan keenam bandara yakni Bandara Soekarno-Hatta, Bandara I Gusti Ngurah Rai (Denpasar), Bandara Juanda (Surabaya), Bandara Internasional Lombok, Bandara Kualanamu (Medan) dan Bandara Hasanuddin (Makassar).
Hal bermasalah lainnya, menurut Susan, juga terjadi, misalnya pada aspek penentuan siapa saja pihak atau perusahaan yang bisa mendapatkan izin ekspor benur tersebut.
"Perusahaan-perusahaan itu juga harus disorot oleh KPK, karena banyak perusahaan baru belum pernah melakukan budidaya benih lobster tapi sudah langsung dapat izin (ekspor)," kata Susan.
Meskipun, lanjut Susan, di dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 12/2020, disebutkan bahwa pihak yang boleh mengekspor benih lobster itu harus sudah melakukan budidaya dan pelepasliaran lobster dalam (minimal) dua siklus.
"Di mana logika paling sederhananya, perusahaan-perusahaan itu baru tahun depan boleh ekspor," kata Susan.
"Tapi tidak terjadi, karena dari hasil diskusi saya, dia (perusahaan-perusahaan baru) sudah melakukan dua kali ekspor, dan itu kan jadi pertanyaan kita, kok bisa?" ujarnya. (ase)