Cerita Luhut 6 Jam di Gedung Putih dan Oleh-oleh Rp28 Triliun

Menko Luhut Bertemu Presiden AS, Donald Trump di Gedung Putih
Sumber :
  • Dok. White House via Kemenko Marves

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan, mengungkapkan kisahnya selama berkunjung ke Amerika Serikat sejak 17 November 2020. Dia juga bertemu Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih atau biasa dikenal dengan sebutan White House.

Luhut: NU Harus Memimpin Upaya Perdamaian di Timur Tengah

Luhut mengaku, selama hidupnya tidak pernah membayangkan bisa berada di kantor pusat pemerintahan AS tersebut. Padahal, saat kunjungannya tersebut, Luhut berada di Gedung Putih hampir selama enam jam dan bahkan berkesempatan memasuki ruang kerja presiden AS, yakni Oval Office.

"Saya tidak pernah membayangkan bahwa akan ada waktu suatu hari saya hampir selama 6 jam berada di White House, dan bahkan berkesempatan untuk diterima di Oval Office," kata Luhut melalui akun Instagram resminya, @luhut.pandjaitan, Senin, 23 November 2020.

Bicara di Singapura, Luhut Jabarkan 2 Pilar Strategi Ekonomi Prabowo

Saat di tempat itu, Luhut menceritakan, mengawali titipan ucapan apresiasi Presiden Joko Widodo terhadap Trump yang telah memperpanjang fasilitas perdagangan berupa tarif preferensial umum atau Generalized System of Preferences (GSP) terhadap Indonesia. 

"Saya sampaikan apresiasi Presiden Jokowi terhadap Presiden Trump yang telah memperpanjang GSP kepada kita sehingga Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia yang mendapat peluang emas ini," tuturnya.

Luhut Ungkap Prabowo Bakal Gelar Rapat Bahas Dampak Pilpres AS

Untuk itu, Luhut menekankan, hubungan perdagangan yang baik antara Indonesia dan negara mana pun, termasuk AS, selama bisa membantu kepentingan nasional, akan selalu pemerintah jaga. Termasuk, dia melanjutkan, terkait dengan hubungan investasi.

"Selama dua tahun terakhir, saya intens berkomunikasi dengan Jared Kushner, menantu Presiden Trump dan rekannya Adam Boehler, CEO IDFC (The International Development Finance Club) yang notabene mereka adalah tangan kanan Presiden Trump," ungkapnya.

Oleh sebab pola pendekatan itu, Luhut mengungkapkan bahwa investasi sebesar US$2 miliar atau setara Rp28,2 triliun (kurs Rp14.100 per dolar AS) dari IDFC kepada Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia ditandatangani pada 19 November 2020. Itu, menurutnya, sebagai oleh-oleh besar yang dibawanya untuk negara.

Photo :
  • Dok. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi

"US$2 miliar dari IDFC kepada SWF Indonesia ditandatangani pada 19 November lalu. Ini adalah oleh-oleh yang besar karena keberadaan Amerika Serikat sebagai negara industri maju akan berpengaruh penting bagi perkembangan SWF di Tanah Air," tutur Luhut.

Selain bertemu dengan Trump ataupun para pejabat di Gedung Putih, Luhut mengklaim juga banyak bertemu dengan para investor asal AS yang ingin mengetahui perkembangan di Indonesia, terutama setelah disahkannya Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

"Saya juga bertemu dengan sahabat saya dari IMF dan World Bank untuk membahas penanganan pandemi COVID-19, pemulihan ekonomi nasional dan upaya Indonesia untuk menjaga dan memperbaiki kelestarian lingkungan hidup," ungkap dia.

Dari hasil pertemuan-pertemuan tersebut, Luhut mengklaim bahwa dirinya mendapat respons yang baik. Menurutnya, itu tidak terlepas dari kekaguman para pimpinan negara mana pun terhadap Presiden Joko Widodo dan budaya maupun adat istiadat yang ada di Indonesia.

"Berbagai respons baik saya terima selama kunjungan saya di sana adalah buah dari budaya dan adat ketimuran serta visi Presiden Joko Widodo yang sangat dikagumi oleh pemimpin negara mana pun. Sehingga saya yakin Indonesia akan selalu menjadi mitra strategis bagi negara sahabat," tuturnya.

Photo :
  • Dok. White House via Kemenko Marves
Penasehat Khusus Presiden dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan

Luhut Sebut Kenaikan PPN Jadi 12 Persen Bakal Diundur

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 1 Januari 2025 akan diundur.

img_title
VIVA.co.id
27 November 2024