Indef Proyeksi Ekonomi RI 2020 Negatif dan 2021 Tumbuh 3 Persen

Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Institute for Develompent of Economic and Finance (Indef) memprediksi, pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini secara keseluruhan akan mencapai sekitar minus 1,35 persen. Pertumbuhan ekonomi baru akan kembali positif pada 2021 mendatang.

Riset INDEF: Indonesia Punya Momentum Strategis untuk Jadi Pemain Global dalam Hilirisasi Tembaga

Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad, mengungkapkan dengan segala perkembangan baik di tataran global maupun domestik, pertumbuhan ekonomi nasional pada 2021 diprediksi akan mencapai sekitar 3 persen.

"Jadi secara kelembagaan, kita memproyeksikan (pertumbuhan ekonomi nasional) tahun 2021 sebesar 3 persen," kata Tauhid dalam telekonferensi, Senin, 23 November 2020.

INDEF: Ekosistem Hilirisasi Tembaga Indonesia Menunjukkan Perkembangan Positif dan Punya Nilai Strategi yang Signifikan

Tauhid menjelaskan, hal-hal tersebut dikarenakan faktor utama yakni pandemi COVID-19, yang ternyata berdampak sangat signifikan pada tertahannya belanja kelas menengah.

Pandemi COVID-19 ini diyakini telah membuat masyarakat kelas menengah merasa dihantui, sehingga mereka menahan konsumsi yang kontribusinya ke PDB mencapai antara 56-57 persen.

Pemerintah Kasih Diskon Tarif Listrik 50 Persen, Ekonom Ingatkan soal Ini

Faktor selanjutnya, menurut Tauhid, adalah laju kredit perbankan yang diprediksi hanya akan sekitar 5-6 persen, di mana tingkat normalnya bisa mencapai antara 9-11 persen.

Hal ini menjadi salah satu faktor pendukung, karena pertumbuhan lanjut kredit perbankan merupakan salah satu aspek penyokong dari pertumbuhan ekonomi.

"Kredit itu kan ibarat darah, jadi misalnya kalau kita ingin bergerak atau berlari tapi kalau darahnya sendiri masih terbatas atau bahkan hanya separuh dari kapasitas normal, artinya permintaan belum normal," ujar Tauhid.

Dengan demikian, lanjut Tauhid, implikasinya adalah bahwa proses pertumbuhan ekonomi masih akan tertahan. Hal inilah yang membuat langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga BI 7-Day (Reverse) Repo Rate menjadi 3,75 persen sebagai langkah wajar.

"Tujuannya tak lain adalah untuk mengantisipasi agar penurunan laju kredit perbankan yang sekarang pertumbuhannya di bawah 1 persen, bahkan di September kemarin mencapai 0,28 persen, itu harus ditingkatkan," ujarnya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya