Erick Thohir Berambisi Bangun Terminal Kargo Terbesar Nomor 8 Dunia

Menteri BUMN Erick Thohir
Sumber :
  • ANTARA FOTO

VIVA – Pemerintah berencana menyatukan pengelolaan seluruh kargo yang ada di Indonesia. Tujuannya untuk menciptakan dan meningkatkan daya tawar Indonesia dalam sistem logistik internasional.

Timnas Indonesia Dibantai Jepang 4-0, Erick Thohir: Saya Akan Mundur Sebagai Ketua PSSI

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, berambisi membangun pusat terminal kargo di Indonesia, yang akan menjadi terminal kargo terbesar kedelapan di dunia.

Erick mengatakan kebijakan itu dilakukan karena maritim merupakan salah satu kekuatan utama Indonesia. Namun, pengelolaannya masih tertinggal dari negara lain.

Kata Erick Thohir Pasca Kekalahan Timnas Indonesia dari Jepang: Saya Minta Maaf…

"Karena maritim salah satu kekuatan, kita tertinggal, karena itu kita potong jalur kargo tadi yang tergantung dengan titik-titik tertentu yang selama ini kita dipersepsi tidak bisa tembus langsung," katanya, Sabtu, 21 November 2020.

Erick mencontohkan, dengan pengelolaan terminal atau pelabuhan kargo yang ada selama ini, untuk mengirimkan hasil laut, Indonesia harus mampir dulu ke Singapura untuk mengirimkan ke Jepang. Padahal bisa langsung dari Manado.

Irfan Setiaputra Pamit, Titip Pesan untuk Dirut Garuda Indonesia yang Baru

Baca juga: Jubir Wapres Ralat Rencana Pertemuan Ma'ruf dengan Habib Rizieq

"Ini yang sedang kita lakukan dengan Pak Menteri Perhubungan bagaimana pelabuhan kita ubah strateginya. Karena itu kita sedang konsolidasikan terminal kargo di seluruh Indonesia jadi satu kesatuan," tutur Erick.

Bilamana sinergi itu bisa dilakukan, Erick mengklaim bahwa terminal kargo Indonesia akan menjadi yang terbesar nomor delapan di dunia dari sisi nilai transaksinya. Sehingga, bisa menjadi daya tawar di jalur internasional.

"Dengan itu, dengan kapasitas dan nilai transaksi kita nomor delapan dunia, kita bisa buat argumentasi, yes dari negara titik-titik langsung ke Indonesia saja, enggak usah ke Singapura," tegas dia.

Dalam bisnis internasional, ditekankannya daya tawar itu diperlukan untuk memengaruhi sistem yang sudah lama dianut. Jika itu tidak diciptakan, maka Indonesia akan selalu didikte oleh negara lain.

"Ini suka enggak suka kita harus punya daya tawar yang seimbang. Kalau kita memang tadi transaksi kargonya kecil, suka tidak suka kadang kala dalam bisnis kita punya kapasitas yang sesuai," ungkap Erick.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya