Setelah Ledakan Pengangguran, Kuartal IV Ekonomi RI Diramal Minus
- VIVAnews/Fernando Randy
VIVA – Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal IV-2020 masih akan terkontraksi sebesar minus 2 persen. Kondisi itu tidak terlepas dari masih tingginya penyebaran virus COVID-19 hingga kebijakan pemerintah yang dianggap tidak optimal.
Direktur Eksekutif INDEF Tauhid Ahmad mengungkapkan, selain faktor-faktor tersebut Indonesia juga dihadapi dengan lonjakan pengangguran yang sangat tinggi. Pada Agustus 2020 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengangguran 9,77 orang naik 2,67 juta orang dari catatan Agustus 2019.
"Dengan kondisi itu kami melihat kuartal IV, dengan situasi masih tinggi kasus COVID, penyerapan anggaran pemulihan ekonomi nasional tidak optimal dan situasi terakhir kami perkirakan kuartal IV minus 2 persen," tuturnya Minggu, 8 November 2020.
Apalagi, dilanjutkannya, jumlah pengangguran tersebut diiringi dengan naik pesatnya tingkat pekerja setengah penganggur. Dari 128,45 juta orang yang bekerja, 13,09 jutanya adalah setengah penganggur atau naik 4,83 juta orang dari catatan pada Agustus 2019.
"Ini yang tidak ter-cover dengan jaminan sosial, BPJS dan sebagainya termasuk kemungkinan tidak ter-cover dengan bantuan pra kerja ini akan loss banyak di sini perhatian pemerintah ketika jumlah setengah pengangguran besar," tegas dia.
Dengan catatan itu dia memperkirakan bahwa hingga akhir tahun pun Indonesia ekonominya tidak akan bisa tumbuh positif seperti negara lain, yakni China yang sudah tumbuh 4,9 persen pada kuartal III dan Vietnam yang bahkan mampu mempertahankan pertumbuhan positif menjadi 2,6 persen.
Indonesia pada kuartal III-2020 pertumbuhan ekonominya masih terkontraksi sebesar minus 3,49 persen. Meski demikian, pemerintah menegaskan bahwa angkanya masih lebih baik dari catatan pada kuartal II-2020 yang minusnya mencapai 5,32 persen.
Tauhid menilai, perekonomian Indonesia baru akan bisa pulih bilamana pemerintah serius menangani masalah Pandemi COVID-19. Tergambar dari upaya untuk menekan penyebaran wabah maupun menciptakan kebijakan-kebijakan ekonomi yang tepat sasaran dan tepat guna.
"Sepertinya agak sulit bagi kita di 2020 jadi positif terutama melihat situasi kuartal III yang cukup dalam dari yang diperkirakan banyak pihak. Ini akan bisa berubah manakala ada upaya serius dari berbagai pihak," tutur Tauhid. (ase)