Mengejutkan, COVID-19 Buat Konsumen Tak Tertarik Tawaran Diskon

IIustrasi diskon
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy N. Mandey mengaku, dampak pandemi COVID-19 membawa perubahan yang cukup signifikan bagi sektor ritel di Tanah Air.

Tantangan Bisnis Ritel di Indonesia Tahun 2025

Salah satunya adalah bahwa para konsumen di sektor ritel tidak lagi banyak yang tertarik dengan tawaran diskon, karena mereka lebih memikirkan aspek kesehatan jika harus berbelanja ke toko ritel.

"Jadi saat ini diskon itu sudah bukan zamannya lagi, karena orang justru bukan melihat diskon tapi mereka melihat apakah aman atau tidak untuk keluar rumah," kata Roy dalam telekonferensi, Rabu 4 November 2020.

PPN Naik Jadi 12 Persen, Ketua Aprindo Minta Sri Mulyani Tinjau Ulang

"Mereka akan melihat aspek kesehatannya, kemudian melihat bagaimana situasi PSBB-nya ketimbang mereka mengejar diskon," ujarnya.

Karenanya, Roy menegaskan bahwa untuk mempertahankan dan mengembangkan sektor ritel di Tanah Air saat ini, bukan lagi dengan menggunakan iming-iming diskon bagi para konsumen.

Awas Kehabisan! Simak Syarat Tiket Kereta Cepat Whoosh Diskon 25 Persen

Jika diskon dianggap sebagai bagian dari budaya normal yang lama atau 'old normal', maka sektor ritel saat ini menurutnya harus mengadaptasi 'next normal' demi turut memajukan sektor UMKM di Tanah Air.

"Ritel itu tiada hari tanpa diskon, di mana kalau kita mau bergerak hanya dengan acara-acara diskon saja, itu adalah normal lama. Tapi 'next normal' adalah bagaimana kita membangkitkan kebersamaan dan solidaritas kebangsaan di UMKM, untuk sama-sama maju," tutur Roy.

Karenanya, Roy mengatakan bahwa yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana bersama-sama bisa mendorong agar berbagai upaya konkret di sektor ritel yang padat karya ini, dapat maju dan berkembang.

Dengan demikian, ke depannya sektor ritel ini akan semakin mampu berkontribusi pada perekonomian nasional, dan menjadi sektor yang turut menyerap tenaga kerja di Tanah Air.

"Yang penting kita sama-sama ingin memajukan sektor perdagangan atau sektor konsumsi, yang merupakan 57,8 persen kontribusi dari produk domestik bruto kita," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya