Jokowi: Perpanjangan GSP dari AS Jadi Peluang Perbaiki Investasi
- VIVAnews/Fikri Halim
VIVA – Presiden Joko Widodo mengingatkan perpanjangan fasilitas tarif preferensial umum atau Generalized System of Preferences (GSP) dari Amerika Serikat adalah peluang Indonesia dalam memperbaiki investasi.
"Saya ingin mengingatkan bahwa kesempatan untuk memperbaiki investasi, kita diberi peluang, karena kemarin GSP untuk masuk Amerika Serikat sudah diberi perpanjangan," ujar Presiden Jokowi dalam pembukaan Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Senin 2 November 2020.
Jokowi mengatakan, perpanjangan GSP AS menjadi kesempatan, karena Indonesia satu-satunya negara di Asia yang mendapat fasilitas tersebut. Presiden berharap ekspor dapat naik melompat karena fasilitas GSP tersebut.
"Syukur-syukur ini dipakai kesempatan untuk menarik investasi, karena kita punya fasilitas itu. Sehingga orang mau mendirikan industri, pabrik di Indonesia menjadi lebih menarik, karena untuk masuk ke AS kita diberikan fasilitas oleh Amerika,” kata Jokowi.
Adapun terkait investasi, Presiden sudah mengingatkan kepada kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) beserta menko Kemaritiman dan Investasi untuk menjaga agar investasi di Indonesia pada kuartal ketiga dapat minus di bawah lima persen, namun belum bisa direalisasikan.
Untuk itu, Presiden meminta agar pertumbuhan investasi dapat dikejar pada kuartal keempat 2020, supaya pada kuartal pertama 2021 yakni Januari, Februari, Maret sudah mulai bergerak kembali.
Data BKPM mencatat realisasi investasi asing pada kuartal III-2020 turun atau terkontraksi hingga 5,1 persen secara year on year. Hal itu disebabkan oleh kondisi ekonomi global yang kini dilanda pandemi COVID-18.
Pada kuartal III-2020, realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) hanya mencapai Rp301,7 triliun atau turun hingga Rp16 triliun jika dibandingkan capaian periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai Rp317,8 triliun.
Adapun untuk berdasarkan negara, asal investasi asing paling banyak berasal dari Singapura sebesar US$7,2 miliar setara 34,3 persen dari realisasi. Lalu, China dengan realisasi investasi US$3,5 miliar yang berkontribusi 16,6 persen.
Kemudian, urutan ketiga adalah Hong Kong US$2,5 miliar atau setara 12 persen. Lalu, Jepang US$2,1 miliar atau setara 10 persen. Dan kelima, Korea Selatan dengan nilai investasi US$4,6 miliar atau 21,9 persen dari total realisasi investasi asing. (ant)