Luhut Sebut Berkat COVID-19 Kini RI Produksi Obat-obatannya Sendiri

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhammad Yudha Prasetya

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengungkapkan sekitar 70 persen kebutuhan obat-obatan kini sudah bisa diproduksi di dalam negeri.

Cerita Mahfud MD Ditinggal Semua Pengawalnya saat Kasus Cicak vs Buaya, Hingga Akhirnya Dibantu Luhut

"Jadi selama COVID-19 itu, saya baru tahu kita itu hampir 90 persen obat kita impor. Sekarang saya bisa lapor kepada Anda, itu kira-kira 70 persen kita sudah buat sendiri," kata Luhut dalam pengarahan mengenai Omnibus Law di Kantor Lemhanas Jakarta, Jumat, yang disiarkan melalui kanal Youtube Lemhanas RI, Jumat 23 Oktober 2020.

Ia mencontohkan, paracetamol yang merupakan obat dasar masih diperoleh Indonesia dengan mengimpor dari India. Saat India menerapkan lockdown, Indonesia tidak bisa berbuat apa-apa.

24 Tahun Bersahabat, Mahfud MD Ungkap Luhut Sering Kirim Duit Bulanan

"Sekarang kita sudah punya paracetamol di Cilacap. Itu petrochemical-nya Pertamina," ujarnya.

Baca juga: Satgas COVID-19 Jawab Keresahan Publik Soal Pengembangan Vaksin

Cerita Luhut soal Ramalan Gusdur yang Menjadi Kenyataan

Luhut menuturkan, kondisi pandemi membuat Indonesia belajar untuk tidak lagi bergantung pada negara lain, terutama terkait stok obat-obatan. Kondisi pandemi juga ternyata membuat Indonesia kini perlahan mulai mampu memenuhi kebutuhan sendiri.

Luhut juga mendorong agar anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) bisa dimaksimalkan di dalam negeri. Hal itu perlu dilakukan agar ada perputaran ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

"Saya lapor Presiden, 'Pak, semua dana yang dikeluarkan PEN kalau bisa dibuat dalam negeri, ya dibuat dalam negeri'. Kenapa? Supaya membuat perputaran ekonomi, membuat lapangan kerja, supaya membuat kita tuh mandiri," kata Luhut. (ant)
 

Diskusi

Luhut: NU Harus Memimpin Upaya Perdamaian di Timur Tengah

Luhut dalam presentasinya juga memaparkan bahwa konflik Timur Tengah berpotensi memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia dan target pembangunan.

img_title
VIVA.co.id
22 November 2024