Warung Pakai Layanan Ini, Pembeli Bisa Ngebon, Bayar Akhir Bulan

Ilustrasi warung sembako
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Penyedia perangkat lunak untuk distributor dan outlet produk digital, Integrated Reseller Mobile Application (IRMA), meluncurkan sistem pay later untuk digunakan para outlet-nya. Dengan sistem ini, konsumen outlet IRMA dapat bayar tempo alias ngebon saat bertransaksi produk atau jasa.

Mau Sukses Bisnis Warung Rumahan? Ini Tips yang Wajib Kamu Tahu!

Layanan ngebon itu bisa dinikmati dalam aplikasi Tokoku. Di mana toko atau outlet tersebut memperbolehkan pelanggan mereka untuk mengambil barang atau jasa dan membayarnya pada akhir bulan ketika pelanggan telah menerima gaji.

Panji Pramana, Co-Founder IRMA, menyebutkan saat ini mayoritas outlet IRMA adalah warung dan toko kelontong. 70 persen orang yang datang ke outlet itu adalah pelanggan tetap, baik yang tinggal di sekitar outlet maupun yang sering melewati outlet.

Biar Enggak Ketipu, Ini 7 Tips Cerdas Bertransaksi Online yang Wajib Kamu Tahu!

Baca juga: Terdampak Pandemi Corona, Matahari Tutup 7 Gerai Besar

"Kami mengerti di tengah waktu yang sulit seperti sekarang ini (pandemi corona), banyak orang yang tidak memiliki cukup uang. Fasilitas pay later di TokoKu diharapkan dapat membantu banyak orang untuk tetap produktif di tengah kesulitan yang dialami," ujar Panji dikutip dari keterangannya, Jumat, 23 Oktober 2020.

Jangan Jadi Korban! Lindungi Rekening Anda dari Modus Penipuan QRIS Palsu

Panji menambahkan, lebih dari 20 persen penjualan outlet IRMA dilakukan melalui skema pay later. Di mana hal ini sering kali menjadi beban dalam cash flow dari outlet yang menjadikan pengurangan jumlah uang yang dapat digunakan untuk melakukan pembelian barang kembali.

“Hal ini membantu cash flow outlet IRMA agar tidak mengorbankan turn over-nya dan pada saat yang sama tidak harus takut untuk kehilangan kontak dengan pelanggan setianya,” katanya.

Pada peluncuran hari ini, 1.000 outlet IRMA dapat menerima pengguna TokoKu. Selama uji coba, jumlahnya akan dibatasi untuk memastikan seluruh masalah operasional telah berhasil diperbaiki.

Pada akhir tahun, proses edukasi dan roll-out akan dilakukan di seluruh Indonesia dan seluruh 350.000 outlet IRMA dapat melayani pengguna TokoKu. Setelah itu diharapkan 500.000 sampai 750.000 pelanggan aktif menggunakan Pay Later TokoKu dan akan meningkat di tahun 2021.

"Kami menargetkan setidaknya 40.000 outlet IRMA sudah bisa memanfaatkan Bayar Tempo hingga akhir tahun 2020," ujarnya.

Dia menjelaskan, Pengguna yang berhak menggunakan layanan pay later dari TokoKu adalah pengguna yang sudah pernah melakukan pembelian di outlet IRMA dalam 6 bulan terakhir. Mereka juga harus memiliki domisili yang dekat dengan outlet IRMA tersebut. 

"Kemudian yang terpenting, outlet IRMA harus menyetujui bahwa pelanggan tersebut adalah pelanggan setia outlet IRMA tersebut," katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rudy Salahuddin, mengapresiasi inisiatif sektor swasta seperti TokoKu dan Bayar Tempo ini.

Menurutnya, ada beberapa hal yang bisa dikolaborasikan dengan pemerintah, antara lain menggandengkan TokoKu dengan Bantuan Pangan Non Tunai dan Bantuan Langsung Non Tunai yang memang melalui toko dan agen. 

"Mencari solusi untuk pedesaan dan piramida lapisan bawah adalah hal yang paling kompleks dan solusi paling efektif akan selalu melibatkan nilai-nilai lokal," ujarnya.

Fasilitas pay later di Tokoku dan Bayar Tempo didukung oleh KreditPro yang merupakan p2p lending yang merupakan afiliasi dari Digiasia Bios. Perusahaan itu telah mempunyai izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak akhir 2019.

“Kami telah bekerja dan mencoba berbagai inisiatif dengan IRMA untuk menemukan solusi yang tepat dan kami sangat mendukung atas inovasi Bayar Tempo. Kami juga mendukung pendekatan sosial dari pembayaran TokoKu pay later. Hal ini benar-benar akan menjadi bagian dari solusi keuangan personal yang dapat mengarah pada pertumbuhan ekonomi," ujar Wahyu Aribowo, CEO KreditPro. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya