Tak Lagi Kirim Bijih Nikel, RI Bisa Ekspor EV Battery
- Electrek
VIVA – Pemerintah telah memperkuat hilirisasi produk tambang mineral dan batu bara, khususnya nikel. Upaya tersebut berpotensi menjadikan Indonesia produsen sekaligus eksportir terbesar Electric Vehicle (EV) Battery.
Baca Juga: Erick Thohir: Ketahanan Energi Pilar Utama Indonesia Emas 2045
Direktur Eksekutif Energy Watch, Mamit Setiawan, mengatakan, itu bukan sesuatu yang tidak mungkin dicapai setelah PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) atau MIND ID mengakuisisi 20 persen saham PT Vale Indonesia Tbk.
Akuisisi itu dikatakannya meningkatkan nilai tambah produk nikel seperti halnya kemampuan Indonesia untuk memproduksi EV Battery sendiri. Bahkan, produk itu akan bisa diekspor ke luar negeri.
“Sangat mungkin sekali dan sekarang Vale sudah punya smelter, setidaknya ini bisa meningkatkan added value dari mineral yang dihasilkan,” katanya, Kamis, 22 Oktober 2020.
Mamit melanjutkan, di tengah pengembangan kendaraan bermotor listrik, Indonesia harus bisa menjadi produsen baterai dunia. Sebab, selama ini pasokan komoditas dasarnya, yakni nikel dari Tanah Air.
"Memang untuk pasar dalam negeri masih kecil, tetapi kita harus melihat mungkin ke depan ketika kita menjadi pasar terbesar maupun produsen terbesar kita bisa melakukan ekspor,” ungkap Mamit.
Indonesia selama ini dikenal sebagai produsen dan eksportir nikel terbesar dunia yang menguasai 27 persen kebutuhan pasar global. Padahal pasar EV Battery dunia 27,9 persen dikuasai China.
Oleh sebab itu, per 1 Januari 2020 pemerintah menerbitkan kebijakan pelarangan ekspor nikel. Selain itu, meminta holding tambang Indonesia, yakni MIND ID untuk meningkatkan value chain dari nikel nusantara. (art)