Setahun Jokowi-Ma'ruf, Indef: Kinerja Perdagangan RI Perlu Dikritisi

Pelantikan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden KH. Ma'ruf Amin
Sumber :
  • VIVA/M Ali Wafa

VIVA – Dalam usia pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin yang memasuki satu tahun berjalan, salah satu hal yang menjadi sorotan publik khususnya dalam masalah ekonomi, adalah masalah kondisi neraca perdagangan.

PKB: Kenaikan PPN Bukan Harga Mati untuk Penguatan APBN

Baca Juga: Setahun Jokowi, KSP: Saatnya Kejar Ketertinggalan dalam Keterbatasan

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Bhima Yudhistira menjelaskan, meskipun neraca dagang mengalami surplus dalam lima bulan berturut-turut sejak Mei-September 2020, tapi ini merupakan jenis surplus neraca dagang yang semu.

Zulhas Tegaskan Indonesia Tak Impor Beras pada 2025, Ada Tapinya

"Ini merupakan indikasi buruk bagi ekonomi, karena (surplus) lebih disebabkan oleh total impor yang terkontraksi -18,1 persen," kata Bhima saat dihubungi VIVA, Selasa 20 Oktober 2020.

Bhima menjelaskan, secara spesifik, impor bahan baku dan barang modal adalah dua jenis komoditas yang paling menurun, karena industri manufaktur juga mengalami tekanan.

Kanwil Bea Cukai Jakarta Berikan Izin Pusat Logistik Berikat untuk Epson

Hal itu masih ditambah lagi dengan impor barang konsumsi yang juga mengalami tekanan sebesar -9,3 persen, sejak awal tahun hingga September 2020.

"Jadi kinerja perdagangan masih perlu dikritisi, karena ekspor mengalami penurunan -5,81 persen sepanjang Januari-September 2020," ujar Bhima.

Di sisi lain, Bhima menjelaskan bahwa biaya logistik masih berada di kisaran 23-24 persen dari produk domestik bruto (PDB). Karenanya, dia pun menilai bahwa pembangunan infrastruktur belum mampu menurunkan biaya logistik.

"Karena banyak infrastruktur yang salah dalam perencanaan. Tingginya biaya logistik menyebabkan investasi di Indonesia masih berbiaya tinggi," ujarnya.

Perlu diketahui, neraca perdagangan Indonesia sepanjang Januari-September 2020 berhasil melampaui rekor neraca perdagangan pada 2017. Neraca perdagangan RI surplus sebesar US$13,5 miliar atau melampaui neraca perdagangan pada 2017 sebesar US$11,8 miliar, yang merupakan raihan tertinggi neraca perdagangan RI sejak 2012.

Selain itu, capaian ini merupakan sinyal positif kinerja perdagangan Indonesia masih di jalur yang benar untuk mendukung perbaikan kinerja ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global akibat pandemi COVID-19. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya