INACA: Banyak Maskapai Bangkrut karena Pandemi COVID-19
- VIVAnews/Sherly
VIVA – Ketua Dewan Pembina Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA), Irfan Setiaputra, mengatakan, tahun 2020 memang penuh turbulensi dan sangat menantang bagi industri penerbangan. Pada dasarnya, negara sedang menghadapi krisis kesehatan dan ekonomi sebagai dampak pandemi COVID-19.
Menurut dia, tidak terasa delapan bulan menjadi hal yang menarik sekaligus menantang buat industri penerbangan. Tentu, semua mengetahui bahwa begitu banyak maskapai yang terdampak dengan adanya pandemi virus Corona hingga bangkrut.
“Kita tahu begitu banyak maskapai yang sudah mengalami kebangkrutan sejak pandemi dimulai. Kadang-kadang, kita suka bergumam ketika mereka dari awal membangkrutkan diri apakah itu sebuah solusi yang benar atau tidak. Mungkin, buat mereka persoalan sudah selesai yang membangkrutkan diri dari bulan Maret. Sementara, kita masih menghadapi persoalan yang kita geluti,” kata Irfan saat diskusi virtual pada Kamis malam, 15 Oktober 2020.
Baca juga: Wapres Ma’ruf Ungkap Kunci Pengembangan Ekonomi Syariah
Walaupun demikian, Irfan mengakui banyak juga maskapai termasuk di Indonesia terus melakukan segala macam upaya untuk memastikan agar bisa bertahan dan terus-menerus menjalankan mandat pemegang saham, tetap memberikan inspirasi.
“Harapan kepada banyak karyawan bahwa kita masih bisa bertahan menghadapi situasi ini. Ini adalah sebuah estimasi yang sangat-sangat mengkhawatirkan buat kita semua, dan kita perlu upaya memikirkan langkah dan cara-cara untuk memastikan bahwa tahun ke depan kita masih bisa menjalankan operasi penerbangan kita,” ujar direktur utama PT Garuda Indonesia ini.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA), Denon Prawiraatmadja, mengatakan, tahun 2020 memang tak ada yang menyangka berbagai negara dunia termasuk Indonesia diserang virus COVID-19. Akibatnya, pasar domestik industri penerbangan mengalami kemerosotan.
“Siapa yang duga bahwa COVID-19 akan merebak sampai di Indonesia beredar bulan Maret 2020. Di mana, kita semua mempunyai market domestik untuk industri penerbangan 80 persen, menurun sampai 5 persen di bulan Mei. Padahal, industri penerbangan nasional kita pernah berjaya pada tahun 2018 dan 2019,” katanya.
Maka dari itu, Denon mengatakan, hal ini tentu bukan sekadar tantangan yang harus dihadapi dan mencari solusinya. Namun, para stakeholders bersama-sama harus terus mendukung penerbangan dalam kaitan menumbuhkan perkembangan ekonomi nasional.
“Saya kira INACA dan pemerintah punya kesamaan misi dalam melangsungkan kegiatan ekonomi. Ini merupakan suatu program yang harus sama-sama dukung, terlebih Indonesia merupakan negara kepulauan yang tidak mudah untuk bisa kita melakukan kegiatan transportasi tanpa koordinasi yang baik,” kata dia. (art)