Pulih dari COVID-19, Masyarakat Harus Berani Investasi dan Konsumsi

Webinar Pemulihan Ekonomi Nasional.
Sumber :
  • Dok. KPC-PEN

VIVA – Pemerintah mengajak masyarakat dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memiliki likuiditas dana untuk tetap berani melakukan investasi dan juga konsumsi di tengah pandemi COVID-19 . Upaya itu untuk mendorong kegiatan ekonomi dan menjaga produksi dalam negeri.

How an App Became Indonesia's Essential Weapon Against Covid-19

Baca Juga: Menderita akibat COVID-19, Petani Desak Batalkan Kenaikan Cukai Rokok

Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Perumusan Kebijakan Fiskal dan Makroekonomi, Masyita Crystallin, mengatakan, beberapa indikator ekonomi sebetulnya sudah terjadi pembalikan arah pada kuartal III-2020 dan mengharapkan terus membaik di kuartal IV-2020. 

Harvey Moeis Klaim Dana CSR Smelter Swasta Dipakai untuk Bantuan COVID-19

"Meskipun mungkin kondisi pertumbuhan ekonomi masih dalam periode kontraksi, tapi kontraksinya sudah tidak sedalam waktu di kuartal dua, artinya sudah mulai ada perbaikan ekonomi," kata Masyita dalam keterangannya, Rabu 14 Oktober 2020.  

Masyita menuturkan, perbaikan ekonomi atau pemulihan ini juga tergantung pada penanganan pandemi, dan walaupun banyak kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, hal itu memerlukan disiplin masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan, untuk membantu penurunan penyebaran pandemi di Indonesia. 

Meutya Hafid: Kominfo Berubah Nama Jadi Komdigi

"Masyarakat yang masih bisa investasi, perlu tetap investasi dan tetap konsumsi karena itu akan membantu rekan-rekan kita UMKM, dan juga produksi dalam negeri. Pemerintah banyak melakukan program pemulihan ekonomi tapi tetap perlu peran semua pihak untuk mendorong kegiatan ekonomi lebih baik," tuturnya. 

Ia menuturkan, dengan latar belakang populasi tinggi di Indonesia juga turut membantu menekan kontraksi pertumbuhan ekonomi. Kebijakan pemerintah pun akan menyasar kelompok masyarakat yang rentan dengan meluncurkan banyak paket pemulihan ekonomi.

Dukungan itu, lanjut dia, melalui program perlindungan sosial, dukungan UMKM, sektoral kementerian dan lembaga serta pemda dan distribusi pembiayaan korporasi, untuk menjaga konsumsi nasional. Sementara itu, di bagian investasi, maka investasi domestik berperan penting.

"Investasi domestik, baik itu ritel, UMKM, sektor-sektor ultramikro, kemudian perusahaan-perusahaan lokal, itu memang bagian besar dari investasi kita saat ini, untuk tumbuh lebih cepat, ditambah dengan investasi asing," ungkapnya. 

Dan untuk investasi ritel masyarakat, Masyita menyebutkan, dapat membeli sukuk atau obligasi negara, sebagai bagian berpartisipasi dalam pembiayaan negara.

Sementara itu, Chairman dan Presiden Asosiasi Perencana Keuangan IARFC, Aidil Akbar, mengatakan bahwa masyarakat perlu tetap berpikiran positif, sehingga dapat berpikir strategis melihat berbagai kesempatan investasi yang ada dan mengadaptasi cara usaha yang berbeda sebagai dampak pandemi. 

Dengan demikian, lanjut Aidil, investasi masih bisa dilakukan dalam kondisi pandemi seperti ini. Dan untuk memulai investasi, bisa membaginya menjadi tiga kategori. Yaitu pertama, investasi jangka pendek seperti tabungan, deposito, emas dan obligasi. Kedua, jangka menengah yang meliputi reksa dana pendapatan tetap dan campuran, ketiga memulai bisnis. 

Aidil menambahkan, cukup banyak juga bisnis dimulai di saat pandemi. Terutama bisnis-bisnis berhubungan dengan makanan. Untuk membagi dana investasi pakai rumusan 40:30:20:10. 40 persen untuk memenuhi kebutuhan hidup, 30 persen membiayai cicilan, 20 persen untuk investasi, serta 10 persen untuk sosial seperti zakat, infak, dan sedekah.

Selain itu, Aidil mengatakan, dalam melakukan investasi, masyarakat diingatkan untuk mengelola dananya dengan menyediakan dana jangka pendek, menengah dan panjang, memiliki dana darurat dan tak lupa memiliki asuransi kesehatan seperti BPJS, berjaga-jaga jika memerlukan perawatan kesehatan. (art)   

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya