Dirut Ungkap Pukulan Terberat Garuda di Masa Pandemi COVID-19
- ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
VIVA – Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengaku, salah satu dampak pandemi COVID-19 dari segi bisnis adalah terlepasnya kesempatan mendapatkan 'peak time', pada momentum haji, umrah, hingga libur Lebaran 2020.
Hal itu yang menyebabkan Garuda harus mengalami kondisi paling buruk dalam sejarah industri penerbangan dan sejarah perusahaan, yang terjadi pada Mei 2020 lalu.
"Yakni di mana jumlah penumpang Garuda itu turun drastis sampai ke level satu digit," kata Irfan dalam telekonferensi, Selasa, 6 Oktober 2020.
Irfan mengakui bahwa terlepasnya kesempatan untuk mendapatkan lonjakan penumpang di musim haji 2020 lalu, merupakan pukulan yang sangat berat bagi Garuda. Padahal, tiap tahun momentum haji, umrah, dan musim libur lebaran, merupakan saat di mana Garuda bisa mendapuk keuntungan maksimal dengan adanya lonjakan penumpang.
Baca juga:Â Dampak COVID-19, Garuda Pensiunkan Dini 500 Karyawan
"Jadi saat pemerintah menutup kunjungan umrah, dan memutuskan untuk tidak mengirim haji tahun ini, maka itulah salah satu pukulan yang sangat berarti dan berat untuk Garuda," ujar Irfan.
Karenanya, Irfan berharap, pada sisa satu kesempatan emas 'peak time' di tahun 2020 ini, yaitu pada saat libur Natal dan tahun baru, yang biasanya menjadi waktu sibuk bagi para maskapai penerbangan.
Diharapkan, pada saat akhir tahun momentum peak time libur Natal dan tahun baru nanti, tidak akan ada lagi pembatasan penerbangan sebagai akibat dari pembatasan mobilitas masyarakat akibat COVID-19.
"Karena ini salah satu yang memberatkan kita, sehingga penerbangan internasional ke negara yang biasa diterbangkan pada hari ini hanya dipenuhi penumpang repatriasi," ujarnya.