Rupiah Loyo Lagi, Stimulus Ekonomi AS ke-2 Jadi Penyebabnya

Ilustrasi Kurs rupiah melemah terhadap dolar AS
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat kembali melemah pada perdagangan akhir pekan ini, Jumat, 2 Oktober 2020. Rupiah kembali diperdagangkan hampir mencapai Rp14.900 per dolar AS.

Dibuka Menguat, Rupiah Berpotensi Melemah Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Baca Juga: Sri Mulyani Ingatkan Jangan Bergantung pada Mata Uang Penjajah

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia mematok nilai tengah rupiah di level Rp14.890 per dolar AS. Melemah dari nilai tengah kemarin di level Rp14.876 per dolar AS. 

Rupiah Loyo Pagi Ini, Nyaris Tembus Rp16 Ribu per Dolar AS

Sementara itu, di pasar spot hingga pukul 10.00 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp14.847 per dolar AS. Melemah hingga 0,08 persen dari level penutupan perdagangan kemarin di posisi Rp14.835 per dolar AS.

Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, mengatakan indeks dolar hari ini menguat seiring dengan tercapainya kesepakatan stimulus ke-II ekonomi AS untuk menghadapi Pandemi COVID-19.

Rupiah Dibuka Menguat di Level Rp15.842 per Dolar AS

"Pagi ini, DPR AS yang dikuasai Demokrat tetap mengesahkan proposal US$2,2 triliun yang belum disetujui Republik," kata dia kepada VIVA hari ini.

Pelaku pasar keuangan, lanjut Ariston, masih mengkhawatirkan negosiasi stimulus akan mengalami kebuntuan lagi karena dua kubu sama-sama bersikeras dengan proposalnya masing-masing. 

"Padahal stimulus diperlukan untuk membantu pemulihan ekonomi AS di masa pandemi. Hal ini bisa mendorong pelemahan rupiah terhadap dolar AS hari ini," ucap Ariston.

Para pengusaha di AS juga telah mengumumkan 118.804 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada September 2020. Naik 2,6 persen dari data Agustus dan menjadikan total PHK sepanjang tahun ini pada angka 2,082 juta, tertinggi dari yang pernah ada. 

Pemburukan nilai tukar rupiah hari ini, dia melanjutkan, ditambah data inflasi September 2020 Indonesia yang kembali deflasi. Menurut Ariston, ini bisa menekan rupiah karena deflasi bisa mengindikasikan ekonomi Indonesia belum pulih. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya