Daya Beli Masyarakat Kian Rendah, BPS Beberkan Buktinya

Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto, Rabu 5 Februari 2020.
Sumber :
  • VIVAnews/Arrijal Rachman

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang kuartal III-2020 terjadi deflasi. Itu terkonfirmasi dari hasil deflasi September 2020 yang tercatat sebesar 0,05 persen akibat semakin rendahnya daya beli masyarakat.

Analis Sebut Kenaikan PPN 12 Persen Tidak Berpengaruh Signifikan ke Pasar Modal Domestik

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, semakin rendahnya daya beli masyarakat tergambar dari terus jatuhnya angka inflasi inti sepanjang 2020. Padahal, pada 2019 inflasi inti selalu bergerak stabil.

Bank Indonesia mendefinisikan inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental.

Kenaikan UMP 2025 Dinilai Bawa Dampak Positif, Bisa Dongkrak Daya Beli Masyarakat

Baca juga: Luhut Pimpin Rapat Penyediaan dan Target Vaksin COVID-19, Ini Hasilnya

Faktor fundamental itu di antaranya interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal seperti nilai tukar, harga komoditas internasional dan inflasi mitra dagang serta ekspektasi inflasi dari pedagang serta konsumen.

Ekonom Ingatkan Dampak PPN Naik Jadi 12 Persen Turunkan Daya Beli Masyarakat

"Dari sisi pasokan cukup, tapi dari sisi permintaan nampaknya daya beli masyarakat masih rendah yang ditunjukkan inflasi inti kembali turun pada September 2020," kata Suhariyanto saat konferensi pers, Kamis, 1 Oktober 2020.

Dia mengungkapkan, secara tahunan inflasi pada September 2020 hanya sebesar 1,86 persen. Jauh lebih rendah dari posisi Agustus 2020 sebesar 2,03 persen dan Juli 2020 sebesar 2,07 persen.

Jika dibandingkan data September 2019, inflasi inti mencapai 3,32 persen, Agustus 2019 sebesar 3,30 persen, dan Juli 2020 sebesar 3,18 persen. Meski stabil, namun terindikasi mengalami kenaikan perlahan.

"Jadi inflasi inti menurun secara bulanan dan pergerakan inflasi inti secara tahunan terlihat terus menunjukkan penurunan sejak Maret 2020," tutur pria yang akrab disapa Kecuk itu.

Suhariyanto mengungkapkan, inflasi inti pada September 2020 hanya ditopang oleh kenaikan uang kuliah, akademi dan perguruan tinggi yang sumbangannya ke inflasi 0,03 persen.

"Dan masih ada kenaikan emas dan perhiasan yang sumbangannya ke inflasi 0,01 persen," ungkap dia. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya