Kementan Pede Stok Beras Desember 2020 Capai 23 Juta Ton
VIVA – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan dalam mengelola ketahanan pangan nasional terdapat dua program utama yang tengah digarap pihaknya, yakni Musim Tanam 1 (MT-1) dan Musim Tanam 2 (MT-2).
Baca Juga:Â Kisah Eks Tapol PKI di Pulau Buru Dipaksa Mengaku Meski Tak Terlibat
Dia menjelaskan, MT-1 yang dilaksanakan dari Januari hingga Juni 2020, merupakan musim tanam hujan dengan lahan eksisting sekitar 7,46 juta hektare, dan sudah ditanami 29,78 juta ton gabah atau setara 17 juta ton lebih beras.
"Kemudian ada juga yang ter-carry over (terbawa) dari musim tanam 2019 lalu, yakni lima juta ton lebih. Maka kita punya produksi total ditambah dengan stok yang ada yakni sekitar 23 juta ton beras," kata Syahrul dalam telekonferensi, Rabu 30 September 2020.
Syahrul menambahkan, dengan konsumsi beras sebanyak 15 juta ton hingga Agustus 2020 dan dengan carry over sejak Juli sampai Agustus, pemerintah dipastikan masih memiliki stok hingga 7,83 juta ton beras.
Kemudian di MT-2 atau yang disebut sebagai musim tanam 'gaduh' ini, Syahrul mengingatkan bahwa FAO sendiri sudah memberikan peringatan bahwa ada potensi akan terjadinya kekeringan.
"Maka kita langsung mengejar percepatan di MT-2 ini, sehingga karena inilah sekarang saya selalu berada di setiap provinsi berbeda tiap minggunya, yakni untuk mengecek gerakan percepatan tanam padi," ujar Syahrul.
Dia mengatakan, di musim tanam dua atau MT-2 ini, Kementan sedang mengejar percepatan masa tanam pada area-area pertanian yang sudah memiliki saluran irigasi. Di mana, area pertanian itu kurang lebih seluas 5,6 juta hektare, dengan hasil yang bisa mencapai sekitar 15 juta ton beras.
Syahrul menambahkan, pada kondisi MT-2 sampai sekarang ini, luasan lahan yang sudah tertanami telah mencapai sekitar 87 persen, dengan sisa penyelesaian yang masih memiliki waktu sekitar empat bulan ke depan.
"Kalau begitu, dari produksi ditambah stok yang tersedia sebelumnya, akhirnya kita akan punya sekitar 22 juta ton stok beras," kata Syahrul.
"Mudah-mudahan tidak ada aral melintang dari kondisi dasar ini, di mana kita punya 22 juta ton beras sampai akhir Desember nanti. Dengan kebutuhan konsumsi Juli-Desember 2020 sebanyak 15 juta ton beras menurut data BPS," ujarnya. (ren)