Saling Curhat, Presiden Jokowi ke Pedagang Kecil: Negara Juga Defisit
- Biro Pers, Media dan Informasi Sekretariat Presiden
VIVA – Presiden Joko Widodo memberikan suntikan semangat kepada para pedagang kecil ketika memberikan bantuan modal kerja di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Jokowi juga mengungkapkan bahwa negara memiliki masalah yang sama yakni defisit anggaran.
Menurut Jokowi, sejak wabah COVID-19 meluas, dampaknya hampir dirasakan semua kalangan. Tidak terkecuali negara saat ini mengalami tekor APBN.
"Semua harus disyukuri, wong yang namanya negara defisit kok, negara sama," kata Jokowi di sela-sela perbincangan dengan pedagang kecil pada acara pemberian bantuan modal kerja, Selasa, 29 September 2020.
Baca juga: Ekonomi Sulit, dr Tirta Sebut Rakyat Bisa Meninggal karena Gizi Buruk
Jokowi pun mendapati cerita dari para pedagang yang hadir di Istana. Ada penjual makanan di kantin sekolah yang terpaksa berhenti berjualan karena kegiatan belajar dihentikan.
Ada juga, pedagang kelontong yang omset dagangannya sehari-hari turun drastis. Dengan bantuan modal kerja, Jokowi berharap mereka tetap berdagang, meski situasinya sedang sulit.
"Cobaan ujian dari Allah harus kita hadapi dan kita ambil hikmahnya. Jangan sampai ada yang mengeluh dan jangan sampai ada yang tutup usahanya, harus bertahan terus," tutur Jokowi sembari memberikan semangat.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengumumkan, besaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga akhir Agustus 2020 mencapai Rp500,5 triliun. Defisit tersebut setara 3,05 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Angka itu jauh lebih buruk dari catatan defisit pada Agustus 2019 yang hanya Rp197,9 triliun atau setara dengan 1,25 persen dari PDB.
"Posisi Agustus kita dalam posisi defisit sudah mencapai Rp500,5 triliun. Ini tentu kenaikan defisit yang sangat besar dibanding tahun lalu," kata Sri saat konferensi pers virtual, Selasa, 22 September 2020.
Meski begitu, defisit saat ini, masih jauh dari target defisit APBN 2020 yang ditetapkan dalam perpres terbaru sebesar Rp1.039,2 triliun atau 6,34 persen terhadap PDB. Kondisi defisit tidak terlepas dari kebijakan ekspansi pemerintah dalam bentuk belanja negara di tengah masa pandemi COVID-19.
Sementara itu, penerimaan negara anjlok akibat merosotnya ekonomi. Sri menyebutkan, belanja negara terealisasi Rp1.534,7 triliun, tumbuh 10,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Realisasinya baru mencapai 56 persen dari target Rp2.739,2 triliun.
"Artinya, berbagai tindakan untuk melakukan akselerasi belanja dalam rangka meminimalkan dampak COVID-19 sudah terlihat Agustus ini dan terus berlangsung di September," tutur Sri.