Ketika Investor Galau Lihat Ekonomi dan Militer China Terus Tumbuh

Presiden China, Xi Jinping, bersama pasukan Angkatan Laut (PLAN)
Sumber :
  • Al Jazeera

VIVA – Terus tumbuhnya ekonomi China yang diikuti dengan menguatnya kekuatan militer membuat sejumlah investor global yang menanamkan investasinya di negara tersebut mengalami dilema. Sebab, investor sudah tidak bisa melihat hal itu sebagai kepentingan negara atau bisnis.

Impor Ilegal Dituding Jadi Biang Kerok PHK Ratusan Ribu Buruh Tekstil, Wamenaker Buka Suara

Baca Juga: Diam-diam Jalan Tol Layang Pertama di Indonesia Timur Siap Beroperasi

“China mengubah pertumbuhan ekonominya menjadi kekuatan militer, dan saya pikir di sini adalah dilema sebenarnya bagi mereka yang ingin berinvestasi di China. Memahami dengan tepat apa yang Anda investasikan, apa yang terjadi di sini, "kata pendiri firma Atlas Organization, Jonathan Ward, dikutip dari CNBC pada Jumat 25 September 2020.

Film Indonesia Mencuri Perhatian di Hainan Island International Film Festival di China

Ward dalam Forum Asia Jefferies minggu lalu mengatakan bahwa ada banyak perusahaan asing di China masuk pada industri kedirgantaraan, teknologi dan konstruksi. Semua perusahaan itu kemudian didukung oleh militer China.

Dengan demikian, ketika garis antara negara dan bisnis kabur, semakin sulit bagi investor untuk mengetahui seberapa besar kendali yang dimiliki pemerintah China atas perusahaan, dan seberapa independen bisnis tersebut.

China Tegas Desak Israel Stop Ekspansi di Dataran Tinggi Golan Milik Suriah

Seperti diketahui, pengeluaran pertahanan China telah tumbuh lebih besar dibandingkan gabungan anggaran semua tetangga di regionalnya. Ward mengutip laporan Pentagon tentang perkembangan militer China dan mengatakan bahwa pasukan darat China, serta angkatan laut, udara, dan misilnya, menjadi salah satu kekuatan yang terbesar di dunia.

"Pada 2019, China mengumumkan anggaran militer tahunannya akan meningkat 6,2 persen, melanjutkan lebih dari 20 tahun peningkatan belanja pertahanan tahunan dan mempertahankan posisinya sebagai pemboros militer terbesar kedua di dunia," menurut Laporan Kekuatan Militer China 2020. 

Ward juga menunjukkan bahwa Presiden China Xi Jinping telah memperjelas tujuan negaranya untuk membangun tentara yang kuat yang dapat berperang dan memenangkan perang.

"Kami semakin dekat untuk mewujudkan peremajaan bangsa China, dan kami perlu membangun militer yang kuat lebih dari sebelumnya dalam sejarah," kata Xi pada peringatan berdirinya Tentara Pembebasan Rakyat. 

"Militer kita (China) harus menganggap kemampuan tempur sebagai kriteria yang harus dipenuhi dalam semua pekerjaannya dan fokus pada bagaimana menang ketika diminta," tegas Xi melanjutkan.

Dilema bagi perusahaan AS

Sementara itu, Ward mengungkapkan pada dasarnya China berharap ada kontrontrasi terbuka dengan AS. Sebab, apa yang selama ini dicapai China adalah bentuk dari peremajaan yang hebat dari misi China.

Jadi, pertempuran yang sebenarnya bukan hanya militer, melainkan China menggunakan mesin ekonomi melakukan pertempuran dan menggunakan semua perusahaan milik negara dan yang tentunya ikut pula didukung oleh negara.

"Intinya adalah tujuan China untuk dominasi industri, untuk kekuatan teknologi, ini semua pada dasarnya terbentuk antara partai dan perusahaannya. Dan banyak bank global ingin memperluas operasi mereka di China, bahkan saat realitas geopolitik mulai terbentuk,” jelasnya.

Untuk itu, Ward menambahkan bahwa perusahaan multinasional Amerika harus sejalan dengan tujuan keamanan nasional jangka panjang pemerintah AS. Perusahaan AS juga harus terdepan di dunia guna memenangkan persaikan global melawan perusahaan China. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya