Pandemi COVID-19: Ekonomi di Indonesia Dinilai Dibuka Terlalu Cepat
- abc
Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andri Satrio Nugroho mengatakan kesehatan warga dan ekonomi sebenarnya bisa berdampingan jika sudah ada penurunan angka penularan.
"Ketika keran ekonomi dibuka telalu cepat, tapi penanganan belum tuntas, maka muncul sejumlah outbreak [wabah penularan] di perkantoran atau industri, seperti yang kita lihat di Jakarta," jelas Andri kepada ABC Indonesia.
"Akhirnya mereka harus menutup aktivitasnya sendiri dan akan membuat laju ekonomi terhambat."
Tidak hanya itu, semakin tinggi penularan maka akan membuat warga semakin takut dan akan berdampak pada konsumsi massa.
"Sementara perekonomian Indonesia ini ditopang paling besar dari konsumsinya, kalau konsumsinya terpengaruh, maka akan berpengaruh pada sektor-sektor lainnya."
Dr Windhu menilai kalangan pengusaha perlu "mengencangkan ikat pinggang" dengan menghentikan aktivitas demi menekan penularan sehingga roda perekonomian bisa kembali berputar dengan segera.
"Para pengusaha harus mau merugi sebentar. Mereka kan berpuluh-puluh tahun sudah dapat untung. Kalau mau merugi sebentar, toh habis ini ekonomi bisa bergerak kembali."
Prioritas kesehatan atau ekonomi? Jakarta kembali memperketat pembatasan aktivitas sosial warganya setelah melihat angka penularan harian di atas 1000 kasus hampir setiap hari di bulan September. (AP: Tatan Syuflana)
Lembaga-lembaga peneliti di Indonesia, termasuk INDEF, sejak bulan Maret lalu sudah merekomendasikan agar Pemerintah Indonesia memprioritaskan kesehatan ketimbang ekonomi.