60 Tahun OPEC: Dahulu Ditakuti Barat, Sekarang di Ambang Sekarat
- dw
Tahun 1973, OPEC pernah membuat ekonomi AS dan negara-negara industri Barat lain bertekuk lutut dengan memberlakukan embargo minyak, sebagai protes atas dukungan Barat terhadap Israel. Embargo itu mengguncang perekonomian di negara-negara industri karena pasokan minyak turun drastis dan harga minyak melonjak tinggi. Di Jerman mulai 25 November 1973 terpaksa diterapkan larangan berkendaraan, yang menjadi car free day pertama di negara itu.
Gebrakan OPEC menyebabkan resesi yang dalam di negara-negara industri Barat. Setelah negosiasi alot beberapa bulan, embargo itu kemudian dicabut. Tetapi pamor OPEC sebagai kekuatan yang menakutkan tetap membayangi Barat.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak OPEC didirikan di Baghdad 14 September 1960 oleh Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, dan Venezuela. Negara penghasil minyak lain kemudian bergabung, termasuk Indonesia. Namun dalam perkembangannya, OPEC mulai pecah dan tidak mampu menerapkan kebijakan bersama. Indonesia membekukan keanggotaannya di OPEC tahun 2009, namun bergabung lagi Januari 2016, sebelum kemudian menarik diri pada Desember 2016.
60 tahun kemudian, pengaruh OPEC pudar
Sengketa di kalangan anggota OPEC, terutama perang Iran-Irak dan serangan Irak ke Kuwait yang berujung pada Perang Teluk, membuat pengaruh OPEC makin sirna. Sekarang anggotanya masih ada 13 negara, tetapi masa-masa kejayaan sudah lama berlalu.
Amerika Serikat kini bangkit menjadi salah satu negara pengekspor minyak utama. Namun, pamor minyak sebagai bahan bakar mulai memburuk di tengah kekhawatiran tentang perubahan iklim.
"OPEC dulu penting terutama sebagai blok politik. Tapi dia gagal secara ekonomi. Kebanyakan anggotanya tidak punya pengaruh apa-apa dalam perpolitikan dunia," kata Jeff Colgan, profesor di Brown University kepada DW. "Untuk berfungsi sebagai kartel, mereka perlu menetapkan batasan yang ketat untuk produksi minyak dan mematuhinya. Tapi OPEC sering menetapkan target dan gagal sendiri memenuhinya," tambahnya.