Meski Diprediksi Bakal Resesi, Bappenas Minta RI Tak Berkecil Hati

Presiden Jokowi dan Kepala Bappenas di beranda Gedung Bappenas.
Sumber :
  • Dok. Kementerian PPN/Bappenas

VIVA – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas memperkirakan dampak pandemi virus corona atau COVID-19 masih akan dirasakan sepanjang kuartal III-2020. Sehingga, kondisi pertumbuhan ekonomi yang negatif masih akan mungkin dirasakan oleh Indonesia.

Lemhannas Siap Berkontribusi Susun Perencanaan Program Pembangunan Nasional

Deputi Bidang Ekonomi Kementerian PPN/Bappenas Bambang Prijambodo mengatakan, sepanjang kuartal III-2020 ekonomi Indonesia masih akan menghadapi tekanan yang cukup berat. Namun, kondisi itu mulai terjadi pemulihan dari sektor konsumsi dan investasi pemerintah.

Menurut dia, sepanjang kuartal III-2020 pemerintah terus melakukan kebijakan countercyclical terhadap semua sektor ekonomi yang selama ini turun signifikan akibat pandemi corona. Diharapkan sejumlah langkah penyerapan itu dapat efektif dan dirasakan kuartal III ini.

Bappenas Tegaskan Pentingnya Tata Kelola Pedesaan Harus Bisa Adaptif

Baca juga: Soal Dewan Moneter, Faisal Basri: Pajak Anjlok, Kenapa BI Diobok-obok?

“Pemerintah berupaya countercyclical dengan penyerapan anggaran, sehingga sebenarnya itu akan ditentukan oleh recover-nya konsumsi masyarakat dan investasi. Jika signifikan maka akan 0 atau positif, kalau landai tetap di teritori negatif, tapi ini akan jauh lebih baik dari negara lainnya,” ujar Bambang kepada VIVAbisnis, Kamis, 3 September 2020.

Ekonomi Tumbuh Stagnan 5 Persen, Bappenas: Indonesia Harus Keluar dari Middle Income Trap

Untuk itu, Bambang mengungkapkan bahwa dengan sejumlah upaya pemerintah tersebut maka Indonesia tidak perlu berkecil hati. Sebab, kedalaman resesi di Tanah Air jauh lebih ringan dibanding negara di ASEAN atau bahkan negara maju yang negatif hingga 22 persen.

Selain itu, lanjut Bambang, dengan kondisi tersebut pemerintah juga akan fokus mengejar semua program dukungan kepada masyarakat yang sudah dicanangkan secara maksimal, seperti halnya bantuan sosial.

Dan yang terpenting, kata dia, meski Indonesia akan dilanda krisis, kondisi dan tekanan sosial masyarakat tercatat stabil, sehingga seharusnya tidak perlu ada kekhawatiran luar biasa. “Itu yang terpenting dari resesi, dan kondisi kita saat ini lebih ringan,” ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 terkontraksi hingga -5,32 persen secara tahunan. Angka itu turun tajam dibandingkan kuartal II-2019 yang masih tumbuh 5,01 persen.

Kontraksinya pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh turunnya semua kontribusi Produk Domestik Bruto. Seperti Konsumsi Rumah Tangga -5,5 persen, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) -7,8 persen, konsumsi pemerintah -6,9 persen, Investasi PMTB -8,6 persen, ekspor -11,7 persen dan impor -17,0 persen.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya