Indonesia Sebentar Lagi Masuk 'Jurang Resesi', Apa Dampaknya?

Ilustrasi resesi global
Sumber :
  • U-Report

VIVA – Indonesia hampir dipastikan masuk ‘jurang resesi’ pada kuartal III-2020. Hal itu lantaran ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh negatif berturut-turut pada kuartal II dan kuartal III.

Dharma Pongrekun Sebut Indonesia Bakal Hadapi Resesi Super Berat di 2025-2030

Bahkan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD menyebut 99,9 persen Indonesia hampir dipastikan akan mengalami resesi setelah perhitungan ekonomi di bulan September 2020 nanti.

Baca juga: Perlu Tahu, Ini Beda Resesi karena Corona dengan Krisis Ekonomi

Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III-2024

Lantas, apa dampaknya?

Direktur Riset CORE Indonesia, Piter Abdullah, menyebut dampak resesi sebetulnya sudah terasa saat ini. Namun setidaknya, Piter mengatakan, fase terberat masa resesi sudah dilewati.

Sebut Kabinet Prabowo Diisi Orang-orang Terbaik, Anindya Pede Target Ekonomi RI Tumbuh 8 % Tercapai

Karena, lanjut dia, dampak dari resesi tersebut bisa dilihat pada sektor-sektor yang bergantung pada aspek pergerakan orang.

"Seperti sektor pariwisata dan turunannya. Yakni sektor transportasi, hotel, travel, penerbangan, kereta api, itu kan semua sempat anjlok," ujar Piter saat dihubungi VIVA, Selasa 1 September 2020.

Baca juga: Jokowi Soroti Pertumbuhan Ekonomi Jakarta dan Bali yang Jeblok

Dia memprediksi, pertumbuhan ekonomi nasional akan mengalami minus sekitar 3 persen sampai 3,5 persen pada kuartal III. Pertumbuhan ekonomi nasional pun diprediksi masih akan minus hingga kuartal IV-2020.

Meski begitu, Piter mengaku sangat optimis bahwa untuk ke depan arah pertumbuhan perekonomian nasional akan terus membaik, khususnya di kuartal III dan IV-2020 ini.

“Misalnya dari minus 5,32 persen (kuartal kedua) menjadi sekitar minus 3 persen (kuartal ketiga), hingga nanti kuartal keempat diprediksi akan menjadi minus 2 persen atau bahkan minus 1 persen. Sehingga tahun depan akan menjadi lebih baik lagi," kata Piter.

Dia mengaku melihat berbagai indikator perbaikan pertumbuhan ekonomi nasional tersebut, yang dapat dilihat dari adanya perbaikan pada sejumlah sektor. Misalnya data penjualan mobil dan motor. Walaupun masih kecil, tapi sudah mulai merangkak naik.

Begitupun tingkat penyaluran kredit, dipastikan juga sudah mulai membaik. Selain itu, kondisi di pasar juga sudah mulai bergerak. Warung-warung yang sebelumnya sempat tutup saat ini sudah mulai kembali buka.

"Itu kan berarti sudah makin lebih baik. Jadi perkiraan saya di kuartal IV-2020 itu, walaupun [pertumbuhan ekonominya] masih akan negatif, tapi arahnya sudah mulai membaik," ujar Piter. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya