Dulu Mesin Uang, Begini Kondisi ExxonMobil Sekarang

Exxon Profit
Sumber :
  • Getty Images

VIVA – Siapa yang tak kenal raksasa minyak dan gas bumi (migas) dari Amerika Serikat ExxonMobil. Selama beberapa dekade perusahaan itu jadi mesin uang yang tak terhentikan.

Dilansir VIVA Bisnis dari CNN Business, Kamis 27 Agustus 2020, pada masa kejayaannya perusahaan itu pun terus berekspansi dan memberikan keuntungan yang berlipat ganda bagi pemegang sahamnya. Pada 2013 Exxon (XOM) tercatat menjadi perusahaan paling berharga di planet ini.

Bahkan pada pertengahan 2014 nilai pasar saham Exxon di bursa Wall Street mencapai US$445 miliar. Kala itu harga minyak mentah dunia diperdagangkan di atas US$100 per barel.

Baca juga: Waduh, Ribuan Rekening Penerima Bantuan Gaji Rp600 Ribu Belum Jelas

Tapi itu cerita masa lalu. Kini di saat pola ekonomi dunia bergeser ke era digital, dan popularitas energi fosil meredup, sejumlah keputusan strategis Exxon pun sering kali menjadi bumerang.

Nilai pasar Exxon pun terus terkikis dan rekam jejak panjangnya dalam meningkatkan dividen pun diragukan. Kapitalisasi perusahaan jatuh secara signifikan sebesar US$267 miliar saat ini.

Yang terbaru, Exxon tidak lagi menjadi bagian dari indeks eksklusif bursa Wall Street yaitu Dow Jones Industrial Average. Hal ini merupakan kenyataan yang buruk mengingat perusahaan itu sudah menjadi bagian dari Dow selama 92 tahun.

Eksistensi Exxon di Dow digantikan oleh perusahaan teknologi Salesforce (CRM). Dan satu-satunya perusahaan migas yang ada di indeks itu saat ini hanyalah Chevron (CVX).

Dukung Peningkatan Kapasitas Nasional Lewat Industri Hulu Migas, IDSurvey Siap Beri Dampak Positif

"Ini adalah pengakuan bahwa sektor energi tidak memiliki pengaruh seperti dulu," ujar analis energi di CFRA Research Stewart Glikman.

Dalam indeks S&P 500, sektor energi mencakup 16 persen pada 2018 ketika harga minyak mentah dunia melonjak di atas US$140 per barel. Kini sektor itu hanya mencakup 2,5 persen dari S&P 500.

Temui Bos ExxonMobil, Jokowi Bawa Pulang Investasi Rp 232 Triliun

Pergeseran itu mencerminkan transformasi ekonomi Amerika yang mencerminkan dunia terus terjadi saat ini. Sektor teknologi menjadi populer dan menggiring pelaku pasar keuangan ke arah sana.

Bukan rahasia lagi bahwa banyak perusahaan teknologi seperti Amazon (AMZN), Apple (AAPL) bahkan Zoom (ZM) terus berkembang besar. Apalagi, di era pandemi Virus Corona ini, teknologi makin menjadi andalan seluruh sektor untuk menjalankan bisnisnya.

Erick Thohir Temui Bos ExxonMobil, Ini yang Dibahas

Sebaliknya, perusahaan minyak, makin tergerus dengan terus jatuhnya harga yang bahkan sempat negatif untuk pertama kalinya. Hal itu diperburuk dengan makin seretnya permintaan global akan energi fosil akibat isu krisis iklim yang terjadi.

Lapangan minyak Banyu Urip Blok Cepu di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur.

Produksi Minyak Banyu Urip Garapan ExxonMobil Anjlok, SKK Migas Ungkap Biang Keroknya

SKK Migas ungkap penyebab produksi minyak di lapangan Banyu Urip garapan ExxonMobil anjlok.

img_title
VIVA.co.id
8 Agustus 2024