Pertamina Rugi Rp11 Triliun pada Semester I-2020
- vivanews/Andry
VIVA – Pada sepanjang semester I-2020, PT Pertamina mengalami kerugian mencapai US$767,91 juta, atau setara Rp11,13 triliun dengan asumsi kurs Rp14.500 per dolar Amerika Serikat.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan capaian mereka pada periode yang sama 2019, di mana perusahaan minyak pelat merah itu mampu menghasilkan laba sebesar US$659,95 juta atau sekitar Rp9,56 triliun.
Dari ikhtisar laporan keuangan Pertamina per 30 Juni 2020 yang dikutip VIVA, terdapat penurunan penjualan dan pendapatan usaha sekitar 24,71 persen, dari US$25,54 miliar menjadi US$20,48 miliar.
Baca juga: Kapan Ekonomi Indonesia Kembali Normal? Begini Kata Presiden Jokowi
Hal itu disebabkan anjloknya aspek penjualan dari US$20,94 miliar menjadi US$16,56 miliar, pada komoditas minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi, dan produk minyak dalam negeri. Selain itu, pendapatan dari aktivitas operasi lainnya turun dari US$497,23 juta menjadi US$424,80 juta.
Di sisi lain, terdapat juga penurunan pada aspek penggantian biaya subsidi dari pemerintah, dari US$2,5 miliar menjadi US$1,73 miliar. Pada tahun ini, Pertamina tidak mendapatkan imbalan jasa pemasaran, berbeda dari tahun lalu yang mendapat US$6,42 juta untuk hal tersebut.
Meski demikian, Pertamina masih mencatatkan kenaikan pada aspek penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak lainnya, dari sebelumnya US$1,6 miliar menjadi US$1,76 miliar.
Kemudian, ada juga kerugian selisih kurs US$211,83 juta, meskipun pada periode yang sama tahun lalu, Pertamina berhasil meraup untung US$64,59 juta dari selisih kurs tersebut.
Namun, hal itu berhasil ditutupi dengan berhasil ditekannya beban pokok penjualan dan beban langsung lainnya, dari yang sebelumnya US$21,98 miliar menjadi hanya US$18,87 miliar.
Sementara itu, Pertamina berhasil mendongkrak kewajiban perusahaan dari US$35,86 miliar pada Desember 2019 menjadi US$40,56 miliar pada semester I-2020. Meskipun, ekuitas perusahaan tercatat mengalami penurunan dari US$31,21 miliar pada Desember 2019, menjadi US$29,66 miliar pada semester I-2020.
Karenanya, Pertamina pun hanya bisa menaikkan sedikit jumlah asetnya, dari sebelumnya US$67,08 miliar pada Desember 2019 menjadi US$70,22 miliar di paruh pertama 2020. (art)