DPK Tumbuh 11 Persen, Aset BNI Rp880,1 Triliun pada Semester I-2020

Gedung BNI di Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) melaporkan kinerja semester I-2020 yang menunjukkan pertumbuhan pada berbagai indikator.

Ekspansi Bisnis di Timor Leste, Moratelindo Gandeng Metrolink

Direktur Layanan dan Jaringan BNI, Adi Sulistyowati, menjelaskan, total aset BNI tumbuh 4,4 persen year-on-year (yoy), dari Rp843,21 triliun pada semester I-2019 menjadi Rp880,12 triliun pada semester I-2020.

"Laju pertumbuhan aset di semester I-2020 ini relatif sama dengan tahun 2019, yang tumbuh sebesar 4,6 persen yoy," kata Sulistyowati dalam telekonferensi, Selasa 18 Agustus 2020.

Direstui OJK, Commonwealth Resmi Dicaplok OCBC Mulai 1 September 2024

Dia menjelaskan, pertumbuhan ini dilakukan sejalan dengan strategi BNI yang sangat selektif dalam melakukan ekspansi di tengah pandemi COVID-19, yang sudah mulai mewabah sejak awal 2020.

Pertumbuhan aset tersebut terutama ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK) yang tumbuh baik sebesar 11,3 persen yoy, dari Rp595,07 triliun pada semester I-2019 menjadi Rp662,38 triliun pada semester I-2020.

RUPSLB Rombak Jajaran Direksi, GOTO Bakal Tarik Kembali Saham Treasuri

Pertumbuhan DPK tersebut lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan DPK di industri per Juni 2020, yang tumbuh 7,9 persen yoy. "Upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama, yang kami maksudkan untuk memperbaiki cost of fund ke depan," ujarnya.

Hingga semester I-2020, cost of fund menjadi 2,9 persen, atau membaik 30 basis point (bps) dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,2 persen.

Hal ini mendorong penurunan beban bunga di semester I-2020 sebesar -5,6 persen yoy, sehingga di tengah kondisi bisnis yang menantang akibat pandemi ini, BNI masih dapat menjaga NIM di level 4,5 persen.

Di samping itu, lanjut Sulistyowati, BNI juga melakukan langkah-langkah disiplin biaya dengan melakukan efisiensi pemakaian beban operasional, di mana pertumbuhannya dapat ditekan mencapai hingga -0,3 persen yoy.

"Penghematan tersebut kami lakukan terutama dengan mengendalikan biaya-biaya variable, yang disebabkan adanya penyesuaian operasional dan proses bisnis pada masa pandemi COVID-19," ujarnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya