Pertamina Keluar dari Daftar Fortune 500
- VIVA / Renne
VIVA – PT Pertamina saat ini sudah tidak termasuk ke dalam daftar Fortune 500, yang merupakan daftar nama-nama perusahaan dengan pendapatan tertinggi di dunia versi majalah Fortune.
Daftar Fortune 500 itu adalah sebuah daftar tahunan yang memperingkat 500 perusahaan umum dan perusahaan milik pemerintah teratas, berdasarkan pendapatan bruto yang mereka catat setelah penyesuaian yang disusun untuk menghindari dampak pajak eksis yang dikumpulkan perusahaan.
Tersingkirnya Pertamina dari daftar tersebut nyatanya sangat tidak sebanding dengan dua perusahaan 'bandar minyak' serupa asal Asia, yang justru terselip di dalam kriteria 10 perusahaan terbesar dari daftar Fortune 500 tersebut.
Baca juga: IHSG Dibuka Menguat, Simak Rekomendasi Saham Pilihan Hari ini
Keduanya yakni China National Petroleum Corporation (CNPC), yang betah untuk ke-20 kalinya masuk ke dalam daftar tersebut, dan Saudi Arabian Oil Company atau Saudi Aramco yang sudah terhitung untuk kedua kalinya.
"Tahun ini, Pertamina tidak terdaftar dalam pemeringkatan Fortune Global 500, namun dengan total pendapatan mencapai US$54,58 miliar, kinerja Pertamina menyamai perusahaan dunia yang menempati posisi 198, yaitu Nippon Steel Corporation dengan pendapatan US$54,45 miliar," kata Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman, dalam keterangan tertulis, Jumat 14 Agustus 2020.Â
Di bawah peringkat 198 tersebut, terdapat beberapa perusahaan global terkenal lainnya, seperti Goldman Sachs Group, Morgan Stanley, Caterpillar, dan LG Electronic yang berada di posisi 202-207 dengan pendapatan sekitar US$53 miliar. Sementara itu, perusahaan energi dunia lainnya seperti Repsol dan ConocoPhilips bahkan berada di peringkat 245 dan 348. Â Â
Fajriyah menuturkan, tahun mendatang Pertamina yakin dapat kembali tercatat dalam daftar Fortune Global 500 dengan posisi yang lebih tinggi. Â
Dalam keterangannya, Fortune menyebut bahwa setelah lama menunggu, para investor akhirnya bisa menaruh modalnya di Saudi Aramco setelah korporasi tersebut melenggang ke pasar modal pada Desember 2019.
Bahkan, debut Saudi Aramco melalui penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) kala itu, disebut-sebut telah berhasil memecahkan rekor dunia dengan raupan dana mencapai US$2 triliun.
"IPO inilah yang membuat Saudi Aramco didapuk sebagai perusahaan dengan laba tertinggi di dunia pada tahun 2019, dengan total mencapai US$88 miliar," sebagaimana dilansir dari Fortune.
Hal serupa nyatanya juga dilakukan oleh CNPC melalui anak usahanya, PetroChina, yang memutuskan untuk melantai di dua bursa saham yakni di pasar modal Hong Kong (2001) dan Shanghai (2007).
Sehingga, baik Saudi Aramco dan PetroChina yang saat ini sudah menjadi perusahaan terbuka, memang memiliki kesempatan yang lebih besar untuk bisa memperoleh pendanaan langsung dari penjualan saham di pasar modal. Selain itu, status keduanya sebagai perusahaan publik memungkinkan sumber pendanaan lain bagi keduanya, seperti misalnya melalui penerbitan obligasi.
Karenanya, dengan kesempatan dan alternatif pendanaan yang peluangnya terbuka lebih lebar itu, Saudi Aramco dan PetroChina memang lebih berkesempatan dalam meningkatkan ekspansi bisnis guna mendulang laba yang lebih besar bagi perusahaan.
Hal itulah yang dinilai menjadi salah satu faktor besarnya peningkatan laba di kedua perusahaan minyak tersebut, sehingga peluang untuk masuk ke dalam 10 besar perusahaan di daftar Fortune 500 memang sangat terbuka lebar bagi keduanya.
Berikut adalah nama 10 perusahaan teratas beserta total pendapatannya, dalam daftar Fortune 500 tahun 2020 yang dilansir dari Fortune.com:
1. Walmart (US$523,96 miliar)
2. Sinopec Group (US$407 miliar)
3. State Grid (US$383,9 miliar)
4. China National Petroleum (US$379,13 miliar)
5. Royal Dutch Shell (US$352,10 miliar)
6. Saudi Aramco (US$329,78 miliar)
7. Volkswagen (US$282,76 miliar)
8. BP (US$282,61 miliar)
9. Amazon.com (US$280,52 miliar)
10. Toyota Motor (US$275,28 miliar)