Surati Luhut, Lembaga Keuangan AS Selangkah Lagi Investasi di RI

Luhut Binsar Pandjaitan di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa 22 Oktober 2019
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/wsj.

VIVA – Komitmen lembaga keuangan asal Amerika Serikat (AS), International Development Finance Corporation (IDFC) untuk berinvestasi di Indonesia mencapai tahap lanjut. Hal itu setelah CEO IDFC, Adam Boehler, mengirimkan surat kepada pemerintah Indonesia melalui Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan tertanggal 31 Juli 2020.

Mencapai Kebebasan Finansial Lebih Cepat dengan Prinsip FIRE (Financial Independence, Retire Early)

Dalam surat tersebut, Adam Boehler menyampaikan bahwa saat ini IDFC sedang melakukan koordinasi dengan National Security Council (NSC) atau Dewan Keamanan Nasional AS. NSC akan memimpin koordinasi antarlembaga di AS untuk mengembangkan ide-ide kerja sama yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia.

“Pak Luhut sangat mengapresiasi sambutan positif AS melalui IDFC dan keinginan mereka untuk menjadi mitra yang berharga bagi Indonesia. Sesuai permintaan mereka, pemerintah akan memberikan pedoman lebih lanjut untuk kerja sama di beberapa sektor,” ujar Juru Bicara Menko Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi dikutip dari keterangan resmi, Kamis, 6 Agustus 2020. 

Susun Roadmap, Bahlil Sebut Kebutuhan Investasi Hilirisasi Capai US$618 Miliar hingga 2040

Baca juga: Jokowi Ingin Ada Penggabungan BUMN Penerbangan dan Pariwisata

Komitmen kerja sama tersebut akan difokuskan dalam pengembangan di bidang farmasi, pertahanan dan keamanan, energi, serta untuk Sovereign Wealth Fund (SWF) yang akan menjadi wadah pendanaan baru untuk proyek di Indonesia.

Pengamat Apresiasi Prabowo, 2 Pekan di Luar Negeri Mampu Bawa Investasi USD 18,5 Miliar

IDFC diberikan mandat untuk menggunakan sumber daya pemerintah AS guna mendorong lebih banyak minat dan daya tarik sektor swasta, serta untuk memfasilitasi pembangunan yang berkelanjutan di wilayah Indonesia. IDFC juga bekerja sama dengan institusi keuangan serupa dari Australia dan Jepang untuk mencapai tujuan tersebut. 

Merespons keadaan dunia di masa pandemi, IDFC berminat untuk bekerja sama dengan Indonesia dalam bidang farmasi. Menko Luhut beberapa waktu lalu juga sempat menyampaikan bahwa pemerintah AS berkeinginan untuk merelokasi industri farmasinya ke Indonesia. 

Baca juga: Pekerja Bergaji di Bawah Rp5 Juta Dapat Bantuan Pemerintah Rp600 Ribu

Kemudian sektor pertahanan dan keamanan juga menarik minat kerja sama, dan IDFC tertarik untuk berinvestasi, salah satunya di wilayah Natuna. Indonesia sebagai negara maritim memerlukan investasi di pulau-pulau terluarnya sehingga investasi di bidang ini juga akan membantu penegakan kedaulatan dan peningkatan keamanan negara. IDFC dan lembaga AS lainnya mempunyai instrumen pembiayaan infrastruktur yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan investasi di Natuna.

IDFC juga menjajaki peluang investasi di bidang energi yang potensinya di Indonesia dari hulu ke hilir sangat besar. Pemerintah akan segera melakukan koordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait, untuk meningkatkan peluang investasi di bidang ini.

Pengelolaan dana abadi atau Sovereign Wealth Fund yang digagas pemerintah juga menarik minat IDFC yang akan mengucurkan investasinya, untuk membantu pengembangan infrastruktur di Indonesia. Uni Emirat Arab (UEA) juga menjadi negara yang sudah lebih dulu menyatakan minatnya untuk berinvestasi melalui SWF.

Seperti diketahui, Januari lalu, Presiden Joko Widodo telah melakukan pertemuan dengan Adam Boehler di Istana Negara, 10 Januari 2020. Dalam pertemuan tersebut, Presiden Jokowi mengatakan bahwa pemerintah membutuhkan investasi untuk pembangunan Indonesia dari lembaga keuangan asal Amerika Serikat itu.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya