Ledakan di Lebanon Dongkrak Harga Minyak Dunia, RI Sudah Stok

Sebuah helikopter terlihat berusaha memadamkan api akibat ledakan di Lebanon.
Sumber :
  • Sky News.

VIVA – Ledakan besar yang terjadi di Beirut, Lebanon, pada Selasa 4 Agustus 2020, menyebabkan puluhan korban jiwa hingga berdampak pada terdongkraknya harga minyak dunia.

PM Lebanon: Saya Yakin Trump Akan Berusaha Paksakan Solusi atas Masalah Palestina

Tercatat, West Texas Intermediate (WTI) yang menjadi acuan harga minyak Amerika Serikat bahkan sempat naik 2,5 persen. Hal itu pun menimbulkan kekhawatiran pada pasokan minyak di kawasan Timur Tengah.

Merespons hal tersebut, Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ego Syahrial, mengatakan, meski ada kecemasan akan naiknya harga minyak mentah dunia, pemerintah menjamin, kinerja sektor perminyakan nasional tidak akan berdampak terlalu signifikan akibat kejadian tersebut.

Trump Klaim Persoalan Timur Tengah Akan Segera dan Mudah Diselesaikan

Sebab, lanjut Ego, antisipasi stok minyak sudah dilakukan pada saat harga minyak dunia jatuh beberapa bulan lalu. Di mana Indonesia sempat melakukan impor besar-besaran pada waktu itu.

"Di saat kemarin (masa awal merebaknya) COVID-19 kan kita sempat ngumpulin atau nyetok minyak lah ya. Kita harapkan sih enggak akan terlalu berdampak," kata Ego dalam telekonferensi Rabu 5 Agustus 2020.

Tentara Israel Mundur dari Lebanon Menyusul Gencatan Senjata

Namun di sisi lain, Ego mengakui bahwa ekskalasi geopolitik di kawasan Timur Tengah memang kerap menjadi pemicu adanya berbagai dinamika dan gejolak harga atau stok minyak global.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal II 2020 Terparah Sejak 1999

Karena itu, dia pun berharap bahwa ledakan di Ibu Kota Lebanon, Beirut, tidak akan memicu masalah geopolitik lainnya, yang berpotensi memengaruhi sektor perminyakan global khususnya di kawasan Timur Tengah.

"Kita harapkan situasinya tidak merembet ke mana-mana. Karena memang salah satu yang memengaruhi harga minyak itu masalah geopolitik ya," ujar Ego.

"Jadi kita mengharapkan betul-betul ini tidak merambat ke arah yang sifatnya perang antara OPEC dan lain sebagainya," tuturnya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya