Proyek Biodiesel RI Tetap Tancap Gas meski Diadang COVID-19
VIVA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, memastikan, proyek biodiesel di Indonesia tidak akan terhenti. Meskipun, pandemi COVID-19 terus merebak dan menekan ekonomi.
Dia mengakui, dampak pandemi cukup berat bagi perekonomian Indonesia, sehingga kuartal II-2020 diperkirakan tumbuh negatif. Pemerintah pun saat ini tengah fokus menjalankan program pemulihan ekonomi nasional.
"Maka wajar apabila banyak pihak menanyakan kelanjutan proyek strategis nasional biodiesel yang sudah jalan dua tahun secara baik yang pelaksanaannya dikebut di Indonesia," kata Airlangga, Kamis, 30 Juli 2020.
Baca juga:Â Likuiditas Perekonomian Tumbuh Melambat pada Juni 2020
Akan tetapi, dia melanjutkan, minyak kelapa sawit merupakan komoditas strategis Indonesia. Dengan begitu, melalui program biodiesel, dikatakan Airlangga, ekonomi Indonesia dapat terbantu untuk bangkit.
"Sebagai negara nomor lima terbesar penghasil sawit dunia tentu kita punya posisi strategis dan menentukan dalam bisnis sawit dunia. Di samping itu, pengelolaan sawit jadi bahan bakar yang dapat menekan beban impor bahan bakar minyak dan tentu hemat anggaran negara," tuturnya.Â
Melalui program Biodiesel 30 persen atau B30 saja dikatakannya Indonesia menghemat devisa impor minyak dan gas bumi atau migas mencapai US$4,8 miliar atau sekitar Rp67,2 triliun.Â
Sebab, B30 dikatakannya mampu menyerap fatty acid methyl esters atau FAME yang berasal dari minyak kelapa sawit mencapai 9,6 juta kiloliter. Upaya itu mampu menekan kebutuhan solar.Â
"Karenanya, ke depan saya menargetkan implementasi B30 melalui D100 yang merupakan campuran 40 persen bahan bakar nabati di mana D100 itu digunakan 10 persen dan diharapkan bisa dilakukan pada Juli 2021," ujar dia. (art)