Perlu Diversifikasi Pangan untuk Antisipasi Kekeringan
- vstory
VIVA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi beberapa daerah di Indonesia akan mengalami kekeringan selama musim kemarau 2020. Untuk itu, penganekaragaman pangan lokal perlu dilakukan selain juga mengantisipasi krisis pangan global.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, perlu dilakukan diversifikasi untuk menyediakan alternatif sumber karbohidrat lokal nonberas, dan menggerakkan ekonomi masyarakat di tengah pandemi COVID-19.
"Selain membuat masyarakat tidak hanya bertumpu pada komoditas beras, program diversifikasi makanan sebagai bagian dari kekayaan, budaya dan kebesaran bangsa. Bukan hanya beras, tapi berbagai pangan lain seperti ubi kayu, jagung, sagu, kentang, pisang, talas dan sebagainya," ujar Syahrul dalam sebuah diskusi virtual, yang digelar DPP Garda Wanita Malahayati Nasdem.
Baca juga:Â Waspada, Daerah Ini Bakal Dilanda Kekeringan
Menurut data, di Indonesia terdapat 99 kabupaten/kota yang terdiri atas 956 kecamatan, yang rentan pangan. Sementara itu, data Global Food Security Index (GFSI) menyebut keadaan Indonesia membaik dari sebelumnya 54,8 pada 2018, menjadi 62,6 pada 2019.
Indonesia masih mencatat GFSI terendah di lima provinsi di antaranya Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Kalimantan Barat.
"Perbaikan ini harus terus dilakukan, utamanya dalam aspek availability serta quality safe. Karena bangsa yang mandiri dalam pangan adalah bangsa yang kuat," kata anggota Komisi IV DPR RI, Charles Meikyansah, dalam kesempatan yang sama.
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Edi Santosa, menegaskan, ada beberapa kriteria pangan paling disukai milenial. Rujukan pangan generasi milenial, yaitu teman-temannya, ibunya, dan dari cerita atau foto yang didapat dari website atau blog ataupun media sosial.
"Oleh karena itu, agar permintaan pangan lokal tidak terputus, saya menyarankan agar membangun memori positif individual, membangun memori kolektif masyarakat untuk diversifikasi pangan berupa energi restorasi mental, kesiapan bencana dan etnisitas," tutur Edi. (art)