Kinerja Manufaktur Indonesia Kuartal II-2020 Masih di Fase Kontraksi
- ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
VIVA – Bank Indonesia (BI) mengungkapkan, kinerja manufaktur Indonesia mengalami penurunan drastis. Itu tergambar dari data Prompt Manufacturing Index (PMI) pada kuartal II-2020 yang berada di level kontraksi.
Pada periode itu, BI mencatat bahwa PMI hanya sebesar 28,55 persen, turun dari 45,64 persen pada kuartal I-2020 maupun 52,66 persen pada kuartal II-2019. Kontraksi PMI terjadi pada seluruh komponen pembentuk PMI BI.
"Kinerja sektor industri pengolahan pada kuartal II-2020 berada dalam fase kontraksi yang lebih dalam," kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko, melalui keterangan tertulis, Senin, 13 Juli 2020.
Kontraksi terdalam terjadi pada komponen volume produksi dengan indeks 25,36 persen, memburuk dari kuartal sebelumnya sebesar 43,10 persen serta kecepatan penerimaan barang input yang juga tercatat kontraksi dengan indeks 26,16 persen.
"Menurunnya PMI-BI pada kuartal tersebut tidak terlepas dari kondisi pandemi COVID-19 yang mendorong penurunan aktivitas produksi maupun distribusi," ungkap Onny.
Baca juga: Petugas KRL yang Temukan Uang Rp500 Juta Diangkat Jadi Karyawan Tetap
Secara sektoral, BI juga mencatat bahwa seluruh subsektor mencatatkan kontraksi pada periode itu, dengan kontraksi terdalam pada subsektor tekstil, barang kulit, dan alas kaki berada pada level 19,10 persen.
Meski begitu, pada kuartal III-2020, kinerja sektor industri pengolahan diprakirakan membaik, meskipun masih berada pada fase kontraksi. PMI BI pada periode itu diprakirakan sebesar 45,72 persen, meningkat dari 28,55 persen pada kuartal II-2020.
"Seluruh komponen pembentuk PMI Bank Indonesia mengalami perbaikan, meskipun masih berada pada fase kontraksi. Peningkatan tertinggi terjadi pada komponen indeks volume total pesanan dan volume produksi," ungkap dia. (art)