Seperti Apa Kondisi Kesehatan Ekonomi RI di Tengah Covid-19

Suasana pelabuhan peti kemas.
Sumber :
  • VIVA/Muhamad Solihin

VIVA – Beberapa indikator yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, seperti inflasi inti, penjualan ritel, konsumsi rumah tangga, dan keyakinan konsumen, menunjukkan pelemahan di tengah wabah Covid-19.

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diramalkan Tembus 5% Persen di 2024, Apa Artinya di Mata Global?

Kebijakan pembatasan aktivitas sosial guna mengendalikan penyebaran Covid-19 sangat memukul konsumsi domestik, yang selama ini menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk pertama kalinya konsumsi domestik tumbuh di bawah tiga persen. 

"Hal inilah yang kemudian membuat PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia pada kuartal satu hanya tumbuh 2,97 persen yoy," kata Portfolio Manager-Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Andrian Tanuwijaya, dalam analisisnya, Jumat 12 Juni 2020.

Ekonom Ungkap Kaitan Danantara dan Target Pertumbuhaan Ekonomi 8% Prabowo

Baca juga: Survei BI: Optimisme Konsumen ke Ekonomi RI Terus Melemah

Sementara itu, indikator ekonomi yang berkaitan dengan stabilitas, seperti defisit neraca berjalan, volatilitas rupiah, cadangan devisa dan persepsi risiko, menunjukkan perbaikan. Perbaikan indikator stabilitas ekonomi mengonfirmasi membaiknya kondisi fundamental Indonesia. 

Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penopang Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III-2024

"Menjaga stabilitas perekonomian menjadi sangat krusial mengingat kebutuhan pembiayaan pemerintah yang tinggi di tahun ini," ujar dia.

Lalu, bagaimana dengan pasar saham, apakah saat ini waktunya untuk masuk berinvestasi?

Secara fundamental, Andrian menjelaskan, pasar saham Indonesia masih menawarkan peluang yang menarik. Valuasi saat ini -1 standar deviasi dari periode 10 tahun terlihat sangat menarik. 

Selain itu, dia melanjutkan, dengan memperhitungkan proyeksi pertumbuhan earnings tahun ini yang merupakan salah satu yang terendah di kawasan, dibandingkan dengan kinerja tahun berjalan IHSG per 3 Juni yang sudah turun -21 persen, tampaknya potensi downside risk pasar saham Indonesia sudah semakin terbatas.

Sama halnya dengan bursa saham global, menurut dia, penguatan pasar saham Indonesia juga didorong oleh optimisme investor terhadap pembukaan ekonomi secara bertahap. Tentu kemudian yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah seberapa cepat ekonomi dapat pulih setelah perekonomian kembali dibuka. 

"Kami cukup meyakini bahwa Indonesia, -dengan konsumsi domestik yang menjadi kontributor utama ekonomi-, dapat mengalami pemulihan relatif lebih cepat,"  tutur Andrian. 

Atas dasar hal itu, saat ini keberhasilan penanganan Covid-19 benar-benar menjadi menjadi kunci utama kembalinya keyakinan investor di pasar saham.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya