Bank Dunia: Ekonomi Indonesia Tumbuh 0% di 2020, Malaysia Negatif
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Bank Dunia atau World Bank mengumumkan, ekonomi dunia secara keseluruhan akan mengalami kontraksi -5,2 persen pada 2020. Kondisi yang disebabkan wabah virus corona (Covid-19) itu dianggap menyebabkan resesi ekonomi terdalam sejak perang dunia II.
Presiden Bank Dunia, David Malpass mengatakan, pandemi covid-19 dan penutupan ekonomi di negara-negara maju maupun negara-negara lain di belahan dunia manapun, telah membahayakan kemajuan pembangunan yang telah berjalan selama beberapa dekade terakhir.
"Laporan kami menggambarkan bahwa ekonomi global mengalami pukulan dahsyat. Perkiraan dasar (baseline forecast) kami tersebut mencerminkan resesi global terdalam sejak Perang Dunia II," kata dia dalam Global Economic Prospects edisi Juni 2020, dikutip Selasa 9 Juni 2020.
Bank Dunia menganggap, aktivitas ekonomi di negara-negara maju diperkirakan akan jatuh atau terkontraksi hingga -7 persen, di mana AS -6,1 persen tahun ini, Eropa -9,1 persen dan Jepang -6,1 persen. Sementara itu, emerging market atau negara yang tumbuh cepat maupun negara-negara berkembang akan terkoreksi hingga -2,5 persen.
Akibatnya, pendapatan per kapita masyarakatnya diperkirakan bisa jatuh hingga 3,6 persen dan akan menyebabkan jutaan orang masuk ke dalam kemiskinan ekstrem pada tahun ini. Tekanan itu akan menghantam negara yang kondisi pandeminya paling parah dan ekonominya sangat tergantung pada perdagangan global, pariwisata, ekspor komoditas hingga pembiayaan eksternal.
Khusus untuk negara-negara kawasan Asia Timur dan Pasifik, Bank Dunia memperkirakan aktivitas ekonomi akan terkontraksi sebesar -1,2 persen, dan pulih kembali pada 2021 di posisi 5,4 persen. Ekonomi China diperkirakan akan melambat sebesar 1 persen dan baru akan pulih hingga 6,9 persen pada 2021.
Ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami stagnan atau tumbuh di kisaran nol persen dan pulih di kisaran 4,8 persen pada 2021. Sementara itu, Malaysia -3,1 persen dan pulih dikisaran 6,9 persen, Filipina -1,9 persen dan pulih 6,2 persen, Thailand -5 persen dan pulih 4,1 persen serta Vietnam mampu bertahan di posisi 2,8 persen dan pulih dikisaran 6,8 persen.
"Ini adalah outlook yang sangat serius, dengan krisis yang cenderung akan meninggalkan bekas luka jangka panjang dan menimbulkan tantangan global yang besar," kata Wakil Presiden Bank Dunia bidang Kesetaraan Pertumbuhan, Keuangan dan Institusi, Ceyla Pazarbasioglu dikutip dari siaran pers Global Economic Prospect edisi Juni 2020, hari ini.