Alasan Indonesia Perlu Bangun Kilang Minyak Baru

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Tallulembang.
Sumber :
  • Dok. Pertamina

VIVA – PT Pertamina (Persero) membeberkan alasan pentingnya bagi Indonesia untuk membangun kilang minyak baru, di masa sekarang ini.

Dukung Pemulihan, Pertamina Kerahkan Bantuan ke Posko Pengungsian Korban Erupsi Gunung Lewotobi

Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina, Ignatius Tallulembang menjelaskan, penurunan pasokan minyak mentah domestik setiap tahunnya sejak medio 2014-2015, mengharuskan adanya upaya maksimal untuk menemukan cadangan minyak mentah yang besar (giant field).

Bahkan data tahun 2010 menunjukkan, penurunan pasokan minyak mentah domestik makin tajam, jika tidak dilakukan upaya-upaya eksplorasi yang intens atau pun strategi-strategi yang bisa meningkatkan produk minyak mentah dalam negeri.

Impor Susu Indonesia hingga Oktober 2024 Capai 257,3 Ribu Ton

"Sementara kilang-kilang kita ini di desain dan dirancang untuk mengelola minyak mentah domestik. Artinya, kalau produksi dalam negeri terus berkurang sementara kilang kita juga harus tetap beroperasi, maka kita harus mencari sumber minyak mentah yang lain," kata Ignatius dalam telekonferensi, Jumat 5 Juni 2020.

Jika bicara sumber minyak mentah lain, lanjut dia, Indonesia harus melakukan impor. Namun, yang juga kerap terjadi adalah minyak hasil impor itu tidak cocok dengan desain dan rancangan dari kilang-kilang yang dimiliki Pertamina.

Impor RI Oktober 2024 Naik Capai US$21,94 Miliar

"Sehingga kita harus melakukan penyesuaian agar bisa mengolah, misalnya minyak mentah dari Saudi, yang berbeda dengan minyak mentah kita. Itulah kenapa kita harus melakukan modifikasi, jika harus mengolah minyak mentah impor tersebut," ujarnya.

Tantangan selanjutnya menurut Ignatius adalah terkait supply and demand. Lima kilang besar yang dimiliki Pertamina, yakni di Balikpapan, Balongan, Cilacap, Dumai, dan Plaju, serta satu kilang kecil di Sorong, kapasitas kilangnya terpasang satu juta barrel namun secara optimum hanya beroperasi di kapasitas 850 ribu barel.

Dari jumlah itu, Pertamina hanya bisa menghasilkan produk-produk BBM sekitar 680 ribu barrel per hari. Sementara konsumsi nasional, menurut data Pertamina tahun 2017, adalah antara 1,3 juta sampai 1,4 juta barel per hari.

"Artinya, hampir 50 persen dari produk BBM kita harus impor. Jadi ketergantungan kita terhadap impor ini memang sangat besar," kata Ignatius.

"Maka dari itu kita harus membangun dan meningkatkan kapasitas dari kilang-kilang kita yang sudah ada selama ini," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya