Banjiri Pasar Keuangan Rp503,8 T, BI: Rupiah Rp14.800 Masih Undervalue
VIVA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan, terus melakukan injeksi likuditas hingga saat ini demi menjaga stabilitas rupiah. Meski begitu, tingkat rupiah saat ini di kisaran Rp14.800 per dolar AS, masih dianggapnya undervalue atau di bawah nilai yang seharusnya.
Perry mengatakan, hingga Mei 2020 saat ini, jumlah injeksi likuiditas yang telah diberikan terhadap lembaga jasa keuangan mencapai Rp503,8 triliun. Injeksi itu dilakukan dengan cara membeli Surat Berharga Negara (SBN), repo, swap valas, hingga penurunan Giro Wajib Minimum (GWM).
"Hingga Mei 2020 BI injeksi Rp503,8 triliun ini dilakukan antara lain melalui pembelian SBN dari pasar sekunder, penyedian likduitas perbankan dengan repo, swap valas dan pelonggaran GWM," kata dia saat konferensi pers secara daring, Senin, 11 Mei 2020.
Selain itu, kata dia, BI juga melakukan pelonggaran kebijakan makroprudensial demi mendorong perbankan untuk mulai melakukan pembiayaan ekonomi, diantaranya dengan pelonggaran Loan To Value (LTV), Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM), maupun hingga penurunan GWM rupiah.
Dengan kondisi itu, nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini, Senin, 11 Maret 2020 di pasar spot diperdagangkan di level Rp14.895 per dolar AS, menguat hingga 0,17 persen dari level penutupan perdagangan pada akhir pekan lalu di level Rp14.920 per dolar AS.
Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, nilai tengah rupiah hari ini dipatok di level Rp14.936 per dolar AS. Menguat dari nilai tengah pada perdagangan 8 Mei 2020 di level Rp15.009 per dolar AS.
"Yang semula hampir Rp17 ribu sekarang sudah di bawah Rp15 ribu. Kami meyakini rupiah masih undervalue dan rupiah ke depan Insya Allah bergerak stabil dan menguat. Kami terus lakukan stabilisasi dan penguatan nilai tukar rupiah dan dalam hal ini BI terus tingkatkan intensitas kebijakan intervensi," tuturnya.