Jumlah Pengangguran di Banten Tertinggi Secara Nasional
- VIVA/M Ali Wafa
VIVA – Badan Pusat Statiatik (BPS) mencatat masih tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) atau jumlah tenaga kerja yang tidak terserap lapangan pekerjaan. Angka tertinggi adalah Provinsi Banten dan yang terendah adalah Bali.
Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, di wilayah Banten, tingkat pengangguran justru jauh lebih tinggi dari TPT Nasional sebesar 4,99 persen dengan jumlah angkatan kerja 1,73 juta orang. TPT di provinsi itu mencapai 8,01 persen.
Kemudian diikuti Jawa Barat 7,69 persen, Maluku 7,02 persen, Kalimantan Timur 6,88 persen, Papua Barat 6,20 persen, Sulawesi Selatan 6,07 persen, Kalimantan Utara 5,65 persen, Kepulauan Riau dan Sulawesi Utara 5,57 persen, Aceh 5,42 persen, Sumatera Barat 5,22 persen dan Riau 5,07 persen.
Sementara itu, terendah berada di Bali sebanyak 1,21 persen, diikuti Sulawesi Barat 2,61 persen, Nusa Tenggara Timur 2,8 persen, Sulawesi Tengah 2,98 persen, Nusa Tenggara Barat 3,14 persen, Sulawesi Tenggara 3,17 persen, Bengkulu 3,22 persen, Yogyakarta 3,38 persen, Kalimantan Tengah 3,39 persen dan Bangka Belitung 3,41 persen dan DKI Jakarta yang mencapai 4,93 persen.
"Terjadi di Bali yang terendah 1,21 persen. Sementara di Banten 8,01 persen, tidak banyak berubah," katanya saat telekonferensi, Selasa, 5 Mei 2020.
Meski begitu, Suhariyanto mengungkapkan, akibat mewabahnya Covid-19 sejak awal 2020, TPT di sejumlah wilayah, khususnya yang menjadi objek wisata, mulai mengalami kenaikan cukup signfikan. Menandakan mulai berkembangnya penambahan pengangguran.
Dia menyebutkan, misalnya di Banten meningkat 0,43 persen poin, Yogyakarta 0,52 persen poin, Sulawesi Selasa 0,65 persen poin, Papua Barat 0,92 persen, Sulawesi Barat 1,61 persen poin, Lampung 0,32 persen poin, Jambi 0,79 persen poin, serta Bengkulu 0,72 persen poin, Jawa Tengah 0,03 persen poin dan Bangka Belitung 0,02 persen poin.
"Ada beberpaa provinsi, terutama yang jadi destinasi wisata TPT-nya mengalami kenaikan, misal Bangka Belitung, Jawa Tengah hingga Yogyakarta," ucap Suhariyanto.
Sebelumnya, BPS mengumumkan kalau jumlah angkatan kerja pada Februari 2020 sebanyak 137,91 juta orang, naik 1,73 juta orang dibanding Februari 2019.
Komponen pembentuk angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan peningkatan jumlah pengangguran. Sebelum corona, jumlahnya sebanyak 131,03 juta orang adalah penduduk bekerja dan sebanyak 6,88 juta orang menganggur. Dibanding setahun lalu, jumlah penduduk bekerja bertambah 1,67 juta orang dan pengangguran bertambah 60 ribu orang.
"Kalau dibanding posisi Februari 2019 berarti penduduk usia kerja meningkat. Itu terbagi yang masuk ke angkatan kerja dan yang bukan," kata Suhariyanto.
Peningkatan jumlah angkatan kerja pada bulan itu juga tidak diiringi dengan peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Pada Februari 2020, TPAK berdasarkan data Suhariyanto sebesar 69,17 persen, turun 0,15 persen poin dibandingkan Februari 2019.
"Penurunan TPAK mengindikasikan adanya penurunan potensi ekonomi dari sisi pasokan atau supply tenaga kerja," ujarnya.
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan TPAK laki-laki dan perempuan cukup jauh. TPAK laki-laki sebesar 83,82 persen sedangkan TPAK perempuan sebesar 54,56 persen dan dibandingkan tahun lalu, TPAK laki-laki mengalami peningkatan sebesar 0,64 persen poin sedangkan TPAK perempuan turun sebesar 0,94 persen poin.
"Dari grafik ini masih ada perbedana cukup dalam antara tingkat partisipasi angkatan kerja menurut jenis kelaminnya," katanya.