INDEF: Cukai Plastik dan Emisi Jangan Cuma Kejar Penerimaan

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara (tengah)
Sumber :
  • Instagram.com/@bhimayudhistira

VIVA – Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) mendukung gagasan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang berencana memperluas pengenaan cukai pada sejumlah produk, antara lain minuman berpemanis, plastik kemasan, emisi kendaraan bermotor.

Ekonom Nilai Kabinet Merah Putih Cerminkan Prabowo Ingin Jaga Stabilitas

Dibandingkan dengan sejumlah negara lain, misal saja di Asia Tenggara, kata peneliti INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara, jumlah barang kena cukai di Indonesia yang tergolong sedikit. Bahkan, pengenaan cukai bagi kendaraan bermotor sudah lama diterapkan di Thailand dan Vietnam.

"Nah, catatannya, pengenaan cukai ini bukan semata mengejar penerimaan tapi aspek pengendaliannya juga utama," kata Bhima dalam keterangan tertulisnya kepada VIVAnews, Jumat, 21 Februari 2020.

Beda Pendapat Menko Luhut Vs Pakar Ekonomi Terkait Pembatasan BBM Pertalite

Dana hasil cukai itu, dia mengingatkan, mestinya dipakai untuk kepentingan lingkungan dan kesehatan. "Misalnya, soal cukai kendaraan bermotor itu uang hasil cukai untuk memberikan insentif bagi mobil listrik, atau bahkan insentif untuk ekspor kendaraan ke luar negeri."

Skema cukai seperti itu, umpamanya cukai pada kendaraan bermotor, menurut Bhima, akan mengubah pola konsumsi masyarakat menjadi lebih hemat BBM. Tapi, karena ada insentif, produsen mobil juga bisa lebih semangat untuk mengekspor ke luar negeri.

Ekonom Indef Ingatkan Dampak Buruk Kelas Menengah Turun Kelas

"Menurut kita, dampak ke konsumsinya bisa diantisipasi dengan pemberlakuan cukai bertahap. Kasus cukai mobil itu hanya perpindahan dari PPNBM, kemudian masuk ke pos cukai sehingga ear marking-nya lebih tepat sasaran," katanya.

Ilustrasi berhenti merokok.

Ekonom Indef Sebut Kebijakan Rokok Polos Ancam Ekonomi Indonesia Rp308 Triliun

Kritik terhadap PP 28/2024 dan rencana kemasan rokok polos tanpa merek muncul dari ekonom dan pakar hukum, menyoroti dampak ekonomi besar dan potensi intervensi asing.

img_title
VIVA.co.id
7 November 2024